3. Fitting Baju

78K 6.7K 78
                                    

Happy reading!

"Ngapain nangis?"

Alissa menolehkan kepalanya menatap Alanzio yang berdiri di sebelah kanannya, hingga pria itu mendudukkan bokongnya di kursi yang sama dengan Alissa.

"Ngapain lu di sini? Pergi sana!" usir Alissa kasar, ia membuang wajahnya ke arah lain, tak ingin Alanzio sampai melihat wajahnya yang berlinang air mata. Malu rasanya jika pria itu mengetahui wajahnya sekarang.

Bukannya pergi, Alanzio justru menyandarkan punggungnya di sandaran kursi berbahan besi itu. Ia menatap ke langit yang malam ini bertabur banyak bintang, juga ada bulan yang menjadi sang primadona.

"Gue bilang pergi, ya pergi!" usir Alissa lagi, kali ini dengan suara yang sedikit meninggi.

"Ini taman umum, lu enggak ada hak buat usir gue," jawab Alanzio santai dengan wajah yang masih datar.

Mendengarnya membuat Alissa bertambah marah, ia hendak berdiri dari sana meninggalkan Alanzio. Namun, dengan cepat pria itu menarik tangan Alissa untuk kembali duduk.

"Kenapa? Lu enggak suka dijodohin sama gue?" tanya Alanzio lagi.

Alissa mengerang frustrasi, ingin sekali gadis itu mencakar wajah pria di hadapannya saat ini. Namun, ia tak ingin besok terbit berita bahwa seorang Alissa Zoe Catherine menganiaya Alanzio Saffron hanya karena menolak perjodohan mereka.

Kini Alissa pun memposisikan tubuhnya tuk menatap Alanzio lekat. "Lu enggak mikir apa? Gue enggak mau hidup gue terkekang!"

Terdengar helaan napas besar dari Alissa. "Gini deh, lu emang enggak mau nolak perjodohan ini gitu? Lu emang bisa hidup sama gue yang bar-bar kayak gini?"

Alissa memejamkan matanya. "Ini bukan tentang beberapa hari, beberapa bulan atau beberapa tahun, Zio. Tapi, ini tentang kehidupan seumur hidup."

"Kenapa enggak?" jawab Alanzio santai.

"Ck! Lu nyebelin banget sih!" maki Alissa. Gadis itu menatap dan meneliti detail wajah Alanzio yang cukup tampan menurutnya.

Garis rahang yang tegas, mata tajam, alis tebal dan hidung yang mancung. Alanzio benar-benar definisi dari pahatan indah karya Tuhan, Sang Maha Pencipta.

"Kenapa?" tanya Alanzio dengan salah satu alis yang dinaikkan, memergoki Alissa yang sibuk menatapnya.

Segera Alissa menggelengkan kepalanya kecil. "Oke, gue bakal terima perjodohan ini! Demi nyokap dan bokap gue," putus Alissa pada akhirnya dengan mantap seraya menganggukkan kepalanya kecil.

"Asal gue punya satu persyaratan buat lu," ucap Alissa yang mengundang tanda tanya bagi Alanzio.

"Apa?"

"Gue mau pernikahan kita dirahasiai dari teman-teman di sekolah, gue masih mau bebas. Juga, lu enggak punya hak buat ngatur-ngatur gue nanti setelah menikah," ucap Alissa dengan santai.

Bukannya langsung setuju, Alanzio malah menatap Alissa tajam. "Gak. Untuk persyaratan kedua lu, gue nggak setuju. Gue punya hak untuk itu."

"Ck! Yaudah, tapi lu enggak boleh ganggu waktu gue kalau lagi keluar sama teman-teman gue. Intinya nanti setelah nikah gue mau kita buat peraturan!" ucap Alissa mantap.

Gadis itu merasa bangga pada dirinya sendiri karena memiliki ide yang cukup cerdik seperti ini. Ah, benar-benar labil.

Padahal beberapa menit yang lalu ia baru saja menangis dan memaki-maki karena menolak perjodohan ini, tapi lihat sekarang. Ia bahkan dengan bangganya memikirkan peraturan pernikahan yang akan menguntungkannya.

Marry Me! Where stories live. Discover now