48. Medan Perang

37.9K 3.1K 102
                                    

Happy Reading!

Tanpa bisa Shasa prediksi, Alissa dengan cepat dan gesit memutar tubuh gadis itu kemudian mengunci kedua lengan dan kakinya. Ia mengambil alih pisau lipat yang semula dipegang oleh Shasa.

Setelah mendapatkan pisau lipat milik Shasa, ia pun tersenyum penuh kemenangan dengan tangan yang mengunci leher lawannya.

"Sialan! Lepasin gue bangsat!" umpat Shasa seraya terus bergerak memberontak dalam kuncian Alissa.

Sementara Alissa hanya memutar-mutar santai pisau lipat yang ada di tangannya menggunakan tangan kirinya yang terbebas.

"Lepasin? Gak salah?" tanya Alissa. "Bodoh! Cuma orang bodoh yang mau lepasin lawannya di medan perang! Kalau lo enggak tau main perang-perangan mending di rumah aja main barbie, Sayang."

Napas hangat gadis itu bisa Shasa rasakan dengan jelas berhembus di lehernya, membuat bulu kuduknya meremang seketika. Apalagi aura yang dipancarkan oleh Alissa sangat tidak bersahabat saat ini.

Ia benar-benar menganggap Shasa sebagai musuhnya yang harus dibasmi.

"Kira-kira lo enaknya gue apain ya? Kita mulai dari kaki atau tangan dulu nih?" Alissa menggiring Shasa dengan kasar menuju tiang tempatnya diikat tadi.

Ia menyandarkan punggung mantan sahabatnya itu dengan kasar dan keras di tiang, membuat Shasa merasakan nyeri begitu punggungnya bertubrukan langsung dengan tiang beton itu.

"Awh!" ringis Shasa yang berhasil menciptakan senyum lebar di wajah Alissa.

"GA! ENAKNYA DIAPAIN NIH?" teriak Alissa seraya melirik sejenak pada Sagara yang sibuk menendang habis tubuh Aiden yang telah tersungkur di lantai.

Suara tendangan dari sepatu yang pria itu kenakan terdengar sangat keras dan serem, bahkan tendangan itu membuat tulang di beberapa bagian tubuh milik Aiden retak seketika.

Sementara kedua pengawal Aiden tadi tampaknya sudah dibasmi lebih dulu oleh Sagara, kemampuan pria itu tak bisa diremehkan walaupun hanya seorang diri.

"Terserah lo! Yang penting sisain mata, ginjal sama jantungnya buat dijual di pasar gelap. Lumayan, bisa berfoya-foya kita," balas Sagara dengan sedikit berteriak.

Hal itu sontak membuat nyali Shasa yang mendengarnya menciut seketika, ia tak menyangka bahwa lawannya semenyeramkan ini. Ia benar-benar membangunkan iblis yang tertidur.

"Lepasin!" berontak Shasa, tetapi tenaganya sama sekali tak berarti apa-apa bagi Alissa.

Tangan Alissa yang semula fokus mengunci kedua tangan Shasa pun kini turun ke leher mulus gadis itu, satu tangannya yang lain ia gunakan untuk memegang pisau lipat.

Tanpa memberikan peringatan dahulu, Alissa langsung mencekik leher Shasa, membuat gadis itu melotot dan memekik tertahan. Kedua tangannya bergerak memukul-mukul tangan Alissa yang bersarang di lehernya, berharap cekikan itu bisa lepas.

"Lo salah cari lawan tolol! Lo gak akan pernah bisa kalahin gue, Alissa Zoe Catherine! Panglima tawuran sekaligus ratu SMA Budi Bangsa!" ucap Alissa angkuh.

Alissa mendekatkan ujung pisau yang dipegangnya dengan leher Shasa, membuat pergerakan memberontak gadis itu terhenti seketika. Ia menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah memerah kehabisan napas.

"Karena gue masih baik, gue kasih lo pilihan deh," ucap Alissa dengan senyum merekah. "Lo mau gue bunuh dengan cara dicekik, atau... gue main-main dulu dengan pisau ini?"

Shasa mengutuk seluruh pilihan yang diberikan oleh Alissa, gadis yang berdiri di hadapannya saat ini benar-benar perwujudan dari iblis! Seluruh pilihan yang ia berikan swmuanya hanyalah berujung maut.

Air matanya bahkan sudah mengalir dari sudut matanya, ia merasakan lehernya yang sakit karena cengkraman Alissa yang begitu kuat, juga napasnya yang kian menyesak membuat stok oksigen di paru-parunya menipis.

Melihat keadaan Shasa yang cukup mengenaskan membuat rasa kasian timbul di hati Alissa, beberapa momen kebersamaannya terputar dengan sendiri di dalam kepalanya. Namun, dengan cepat Alissa menggelengkan kepalanya, menghapus rasa kasian itu dari dalam sana.

Dulu, Alissa pernah mendapat wejangan dari mantan panglima tawuran SMA Budi Bangsa sebelum dirinya. Orang yang kerap disapanya dengan panggilan abang itu berkata, "Kalau lo mau menang di medan perang, jangan pernah pakai hati lo. Sebelum perang, tinggalin hati lo. Karena ketika hati udah nguasain pikiran, itu bikin orang jadi bertindak tolol."

Wejangan itulah yang dipegang Alissa hingga saat ini, ia tak pernah membiarkan perasaannya mendominasi lebih dalam. Hancurkan atau dihancurkan, hanya kata itu yang ada di medan perang.

"Lepasin Shasa atau lo gue tembak!"

Seluruh atensi sontak mengarah pada Echi yang dengan berani mengangkat senjata api yang entah ia dapatkan dari mata. Mulut pistol kecil yang ia pegang itu tampak menjadikan Alissa sebagai sasaran.

Namun, Alissa sontak tersenyum miring kala melihat cara Echi memegang senjata dengan tubuh gemetar. Ia menggelengkan kepala pelan, tetapi ia juga tak bisa meremehkan gadis itu.

Ia sangat tahu karakter Echi yang nekat, bisa saja ia nekat melepaskan peluru pistol itu dan tepat mengenainya.

BRUK!

Seseorang datang dengan tiba-tiba menendang pintu ruangan itu, membuat mereka lagi-lagi mengalihkan pandangan ke arah pintu.

"Z-zio?" gumam Alissa terkejut.

Tampak Alanzio datang bersama Adelio dan anak SMA Budi Bangsa yabg lain di belakangnya. Wajah pria itu memerah geram dengan rahang yang mengetat menahan amarah.

"Anjing lo!" maki Alanzio begitu melihat di sana juga ada Aiden.

Ia langsung menghampiri Aiden yang sudah tersungkur dengan wajah penuh luka bekas tonjokan, pria itu menarik kerah baju milik Aiden dan memaksanya untuk bangun kembali.

Aiden yang sudah kehabisan tenaga dan tak kuat melawan pun hanya bisa pasrah menerima perlakuan pria di hadapannya ini.

"Anjing lo! Bangsat! Lo kira lo bisa selamat setelah udah culik istri gue?!" maki Alanzio seraya terus melayangkan tinjunya pada Aiden secara membabi-buta.

Adelio tampak menghampiri Alissa dan mengambil alih Shasa yang sudah tumbang karena tak kuat menahan sesak akibat dicekik. Tapi tenang, ia tak sampai mati. Adelio masih bisa merasakan napasnya dan detak jantung gadis itu.

Melihat kedua temannya sudah tumbang membuat nyali Echi semakin menciut, ia semakin takut kalau tak bisa keluar dari sana dalam kondisi hidup-hidup. Hingga, pandangan Echi tertuju pada Alissa yang berada lumayan jauh dari teman-temannya yang lain.

Sontak hal itu dimanfaatkan oleh Echi, ia berlari dengan pelan tanpa menimbulkan suara apa pun ke arah Alissa.

"ARGH!" teriak Alissa kala tubuhnya ditarik dan dikunci oleh Echi.

Sontak kegiatan Saga, Alanzio, Adelio dan lainnya terhenti. Mereka refleks menoleh ke arah pintu di mana ada Alissa yang tengah disandra oleh Echi di sana. Echi juga tampak mengarahkan mulut pistol tepat di dahi Alissa.

"Jangan berani kalian mendekat! Kalau kalian mendekat, Alissa bakal mati di depan kalian semua," ancam Echi seraya terus berjalan mundur keluar.

Hal itu pun sontak membuat mereka mengurungkan niat untuk melangkah lebih dekat, sementara Alissa juga tampak tak bisa berbuat apa-apa karena pergerakannya dikunci dengan ketat oleh Echi.

Begitu keluar dari ruangan tadi, angin kencang berhembus menyapa kulit Alissa. Membuat rambutnya yang tak terikat bertebaran ke segala arah.

----

To be continued....

KALIAN TIM SAD ENDING ATAU HAPPY ENDING???

Marry Me! Where stories live. Discover now