39. Langkah Awal

34.9K 3.2K 119
                                    

Happy Reading!

"Loh? Kok lo di sini?"

Alissa menatap terkejut begitu sampai di atap sekolah, di sana ia menemukan Daffin yang tengah duduk di pinggir atap seraya mengisap sebatang rokok yang tersemat di antara jari telunjuk dan tengahnya.

Pria itu menolehkan kepalanya sejenak begitu mendengar suara Alissa yang menegurnya. "Lagi males belajar, habis ini pelajaran bahasa Indonesia. Gue malas dengerin tuh nenek lampir ngoceh, bikin ngantuk."

Sontak Alissa tergelak kala mendengar ucapan Daffin barusan, ia berjalan mendekati pria itu seraya menepuk pelan pundak Daffin.

"Kualat tau rasa lo," ucap Alissa menakut-nakuti.

"Yee, kan bener. Enakan juga nyebat di sini, lagian gue orang Indonesia kok malah disuruh belajar bahasa Indonesia," balas Daffin seraya mengembuskan asap rokoknya ke udara bebas.

Namun, ia kemudian mengipas-ngipas asap tersebut dilanjutkan dengan mematikan rokoknya yang masih tersisa setengah. Ia tak ingin jika paru-paru gadis yang tengah duduk di sebelahnya ini menjadi rusak karena perbuatannya.

"Tumben lo bolos, perasaan hari ini pelajarannya Pak Agung deh," ucap Daffin seraya mengingat-ingat jadwal mata pelajaran Alissa hari ini. "Biasanya lo yang paling semangat masuk kalau tuh guru ngajar."

Alissa yang mendengarnya hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh seraya menatap sendu ke lapangan sekolah yang kosong di bawahnya.

Melihat raut Alissa yang berbeda dari biasanya membuat Daffin mengembuskan napas kasar. Ia membalikkan tubuhnya agar bisa menatap jelas pada Alissa.

"Alissa, listen to me!" pinta Daffin tegas.

Alissa hanya menolehkan kepalanya malas ke arah Daffin. "Apa sih? Enggak usah sok-sokan bahasa Inggris, nilai bahasa Inggris lo aja enggak sampai 50."

Tak!

Daffin sontak mengetuk pelan kepala Alissa, membuat gadis menjadi tertawa lepas seketika.

"Kurang ajar lo," desis Daffin kesal. "Gue serius mau ngomong nih, lo dengerin, jangan dipotong pokoknya!"

Alissa pun hanya menganggukkan kepalanya kecil seraya menegakkan punggungnya, ia menatap serius pada Daffin.

"Sumpah demi apa pun, Lis. Gue gak suka lo kayak gini," ucap Daffin yang dihadiahi tatapan bingung oleh Alissa.

"Maksud lo?"

"Lo bukan Alissa yang gue kenal, karena Alissa Zoe Catherine yang gue kenal itu sosok cewek yang kuat, gak lemah kayak sekarang," ujar Daffin. "Kenapa lo jadi lemah gini cuma gara-gara cowok? Cuma gara-gara mereka yang bahkan enggak mengenal lo dengan baik?"

Daffin mengembuskan napas panjang sejenak, seraya meneguk liurnya sendiri. "Kalau lo disakitin Zio, cerai bego. Kalau lo disakitin sahabat-sahabat bangsat lo itu, sakiti balik tolol! Lo masih punya gue, masih punya Sagara, Lio, dan yang lainnya."

"Jangan pernah takut merasa kesepian."

Alissa bungkam mendengar semua pernyataan Daffin, ucapan sarkas pria itu benar-benar berhasil menamparnya dan menyadarkannya. Kepalanya mendongak menatap Daffin dalam.

"Gue sendiri gak tau kenapa gue bisa jadi selemah ini, Fin. Apa mungkin cinta bisa buat orang jadi setolol ini? Kalau iya, gue enggak pernah mau jatuh cinta lagi," ucap Alissa pelan.

Daffin mendengus, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Lo enggak bisa mengkambing hitamkan cinta, Lis. Tanya ke hati lo, tanya ke diri lo, di mana jati diri lo yang asli selama ini?"

Marry Me! Where stories live. Discover now