27. Teror Batu

39K 3.4K 43
                                    

Happy reading!

"Mamii!" pekik Alissa begitu sampai di depan rumah kedua orang tuanya, tetapi berhasil mendapatkan sentilan di dahinya dari Alanzio.

Pria itu menatap nyalang ke arah Alissa. "Biasain salam dulu."

"Hehehe." Alissa yang ditegur hanya cengengesan tak jelas seraya mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

Tak lama kemudian, Lestari dengan celemek di tubuhnya keluar dari dalam, tubuhnya mematung melihat penampilan Alissa yang saat ini ada di hadapannya. Bahkan air matanya sudah mengalir dari sudut matanya.

"Eh, Mi? Kok nangis sih?" tanya Alissa seraya berjalan ke sisi ibunya dan memeluknya dengan erat. "Anaknya datang bukannya seneng malah nangis," cibir Alissa.

Bukannya menjawab, Lestari malah mengeratkan pelukan mereka dan mengusap kepala putrinya yang dibalut dengan hijabnya itu.

Selang beberapa detik, ia pun melepaskan pelukannya dan memegang wajah Alissa. "MasyaAllah. Kamu cantik sekali berpakaian seperti ini, Nak. Mami sampai terharu melihat kamu seperti ini."

Lestari mengalihkan pandangannya ke arah Alanzio yang setia berdiri di belakang Alissa. "Mami dan papi ternyata emang gak salah pilih suami untuk kamu."

Dalam hati Alissa membernarkan ucapan maminya barusan, selama menikah dengan Alanzio, telah banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya. Tak bisa ia pungkiri kalau Alanzio membawa hal positif ke dalam hidupnya.

"Mi, kita gak disuruh masuk nih?" tanya Alissa dengan wajah cemberut.

"Eh iya, ayo masuk-masuk. Maaf ya, saking panglingnya mami sampai lupa," ucap Lestari di akhiri kekehan kecil.

Wanita paruh baya itu pun menggiring putri serta menantunya untuk masuk ke ruang tamu rumahnya yang cukup luas dan bergaya mewah itu. Guci dan hiasan dinding mewah dengan harga fantastis tampak terpajang di sana, seolah memamerkan betapa mewahnya rumah tersebut.

"Kalian duduk dulu atau ke kamar dulu aja, mami mau selesaiin masakan mami dulu di dapur," ucap Lestari. "Nanti mami minta ke Bi Ina buat bawain kalian minum."

"Aku mau ke kamar aja deh, Mi. Capek banget rasanya," ucap Alissa yang merasa badannya cukup letih.

"Yaudah kalau gitu," ucap Lestari seraya kembali masuk ke dalam dapur.

Sepeninggalan Lestari, Alanzio pun mendekat ke arah Alissa dan menatap istrinya lekat. "Mau ke kamar? Yuk aku antar," ajak Alanzio.

"Bilang aja mau ikut tidur juga," cibir Alissa seraya menatap mengejek ke arah suaminya. "Gak usah sok-sokan mau ngantar."

Kedua sudut bibir Alanzio terangkat ke atas membentuk senyuman. "Beneran ngantar, Sayang."

----

"Lis. Aku tinggal salat isya di masjid dulu, ya?" pamit Alanzio yang sudah tampak rapi mengenakan baju koko, sarung dan juga peci di kepalanya.

Sementara Alissa tampak masuk sibuk berpelukan dengan kasur kesayangannya setelah lepas salat magrib tadi. Mendengar suara Alanzio membuat Alissa mengerjapkan matanya beberapa kali untuk membiasakan cahaya yang masuk ke retina matanya.

"Lis?" panggil Alanzio lagi. "Aku pergi ya, kamu jangan lupa salat isya sama mami. Assalamu'alaikum."

"ZIO, TUNGGU!"

Marry Me! Where stories live. Discover now