16. Dansa

51.4K 4.9K 204
                                    

Happy reading!

Sejenak Alissa terpaku mendengat suara pria itu, suara yang satu tahun ini tak pernah ia dengar lagi. Suara yang terakhir kali dia dengar, malah membuatnya sakit hati.

"Zoe," panggil pria itu lagi.

Tersadar dengan lamunannya, Alissa segera menggelengkan kepalanya kecil. Kedua manik matanya tampak berkaca-kaca menahan tangis.

Alissa bersiap untuk beranjak dari sana, meninggalkan pria itu. Namun, baru satu langkah ia berjalan, pria itu langsung menahan tangannya dengan erat, tak memberikan cela untuk Alissa pergi.

"Zoe, mau ke mana? Kamu gak rindu sama aku?"

Alissa mendengus kecil, ia menghempaskan tangan pria itu dengan keras. Tangannya baik untuk menghapus kasar bulir-bulir air mata yang turun dengan kurang ajar, matanya menatap tajam pada pria itu.

"Stop, Aiden! Jangan panggil gue dengan nama itu lagi,  karena sekarang gue benci nama itu," bentak Alissa. "Dan lagi, jangan sok dekat sama gue, kita sama sekali enggak punya status apa-apa sekarang."

Saat Aiden hendak kembali meraih tangan Alissa, dengan cepat ia menghempaskan tangan pria itu seraya memasang wajah dinginnya. Di balik wajah dingin itu, dia bisa merasakan hatinya begitu kacau.

Bertemu kembali dengan seorang Benjamin Aiden berhasil memporak-porandakan hatinya.

"Zoe, sorry."

Wajah yang terpahat sempurna itu terlihat sangat menyesal, kedua mata birunya menyorot Alissa dengan sorot sendu penuh kerinduan.

Aiden tak tahu, saat ini Alissa tengah berusaha membangun benteng kuat di dalam hatinya. Benteng untuk melindungi hatinya dari Aiden, mengusir nama pria itu yang hendak kembali bertahta di sana.

"Buat apa minta maaf? Semuanya udah berakhir Aiden. Lo mau minta maaf untuk apa? Gue udah bahagia tanpa lo," ucap Alissa seraya berjalan meninggalkan Aiden seorang diri.

Punggung gadis itu terlihat bergetar rapuh, bulir-bulir bening mulai berjatuhan seiring langkahnya yang kian menjauh dari sosok Aiden. Pertahannya akhirnya hancur juga. Dalam hati Alissa terus mengeluarkan sumpah serapahnya untuk pria itu.

Langkah Alissa terhenti begitu sampai di depan pintu ballroom, ia menarik napas sejenak kemudian menghembuskannya. Tangannya menghapus kasar jejak air mata di wajahnya, tak ingin membuat siapa pun di dalam sana curiga.

Usai dengan kegiatannya, Alissa pun masuk ke dalam dan menghampiri meja teman-temannya. Di atas meja sudah tersaji hidangan pembuka yang cukup mewah.

"Lis, lo gak apa-apa kan? Lama banget di kamar mandi," tanya Shasa, ia melirik Alissa yang baru saja duduk.

Alissa hanya membalasnya dengan anggukkan kepala disertai senyuman kecil. "I'm okey."

"Zio kemana?" tanya Alissa yang barus menyadari bahwa kursi yang tadinya diduduki oleh Alanzio kini tampak kosong.

"Oh, dia tadi dipanggil sama Gevian sama Bu Eliz, kayaknya urusan OSIS," ucap Sia.

Kembali Alissa membalasnya dengan anggukkan kepala kecil, disertai mulutnya yang membulat sebagai jawaban. Matanya pun melirik sejenak ke arah panggung, bintang tamu baru saja selesai bernyanyi di sana, di gantikan dengan pembawa acara yang kembali naik ke atas panggung.

Marry Me! Where stories live. Discover now