2. Makan Malam

85.2K 7.4K 85
                                    

Happy reading!

Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan Alissa baru saja hendak membuka pintu rumahnya. Bisa gadis itu pastikan kalau di dalam sana sudah ada mami dan papinya yang menunggu.

"ASSALAMU'ALAIKUM! Alissa yang cetar membahana pulang!" teriak Alissa heboh begitu membuka pintu.

Benar saja, di dalam sana sudah ada mami dan papi Alissa duduk di sofa ruang tamu, menatap tajam Alissa yang baru saja datang.

"Duduk Alissa," pinta Malik, papi Alissa.

Mau tak mau Alissa harus menuruti ucapan papinya, jika ia tak ingin dimarahi lebih jauh lagi. Ia pun berjalan ke samping maminya dan duduk di sana dengan tangan yang berkeringat.

"Kamu darimana saja, Kak?" tanya Lestari, mami Alissa dengan suara lembut.

"Biasa, Mi. Alissa habis main sama Sia dan Shasa," ucap Alissa santai dengan wajah tanpa dosa.

Malik pun menghela napas kasar mendengar penuturan putri semata wayangnya itu. Memanjakan Alissa selama ini memang pilihan yang salah ternyata, pikir Malik.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini terus, Kak? Mami dan papi sudah capek terus mendapat surat teguran dari sekolah kamu, ya walaupun kamu nggak sampai dikeluarkan juga," tegur Malik seraya mengusap wajahnya frustrasi.

Sudah ribuan kali Alissa mendengar perkataan itu, tetapi ia sama sekali tak jengah ataupun kapok mendengarnya. Malah Alissa semakin menjadi-jadi dibuatnya. Baginya, menikmati hidup itu sangat perlu di masa muda ini.

"Sudah, sudah. Lebih baik sekarang kamu siap-siap, Kak. Kita ada acara makan malam di luar," ucap Lestari sebagai penengah ketegangan antara anak dan bapak itu.

Kening Alissa mengernyit mendengarnya. "Makan malam di luar? Tumben," gumam Alissa pelan.

"Udah sana, enggak usah banyak tanya! Pakai pakaian yang cantik, ya," pinta Lestari seraya melotot ke arah Alissa.

Melihatnya membuat Alissa melengos malas, tetapi ia tetap beranjak dari sana dan masuk ke dalam kamarnya yang terletak di lantai dua rumahnya.

Dalam hati ia terus bertanya-tanya, tumben sekali mami dan papinya mengajak makan malam di luar. Biasanya makan malam di luar hanya kalau ada kepentingan bisnis atau acara keluarga besar.

Alissa pun buru-buru masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Walaupun ia bisa dibilang sangat nakal, tapi ia tak ingin mempermalukan orang tuanya di depan rekan bisnisnya.

Bagaimana pun, hanya itu ladang bisnis keluarganya. Ladang bisnis yang membesarkannya dengan bergelimang harta selama ini.

Tak membutuhkan waktu lama untuk gadis itu mempersiapkan dirinya secantik mungkin. Sebagai anak tunggal, Alissa sejak kecil sudah disiapkan sebagai calon pewaris tunggal kerajaan bisnis mereka.

Alissa kini tampak cantik dengan mengenakan gaun selutut tanpa lengan berwarna merah muda, rambut panjangnya terurai hingga mencapai punggungnya.

Sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati kini terlihat jelas bertengger di leher gadis itu, liontin yang tak pernah ia lepaskan barang sebentar saja.

"Alissa, ayo cepat!" panggil Lestari, lebih tepatnya berteriak memanggil putrinya dari luar dengan tak sabaran.

Dengan cepat Alissa berjalan keluar dari kamarnya dan berlari kecil menuruni tangga rumahnya yang lumayan besar. Di bawah sana terlihat Lestari dan Malik sudah tampak rapi dan serasi dengan pakaian senada.

Marry Me! Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora