24. Gudang Olahraga

40.1K 3.4K 77
                                    

Happy reading!

"Permisi, Kak."

Seorang gadis dengan seragam olahraga itu tampak menghadang jalan Alissa dan Shasa dengan ragu-ragu. Matanya terus menyorot ke arah lantai.

"Iya, ada apa?" tanya Alissa, menatap bingung pada adik kelas di hadapannya itu.

"Kak Alissa dipanggil sama Pak Yus di gudang peralatan olahraga kelas sebelas, katanya mau ngomongin soal nilai anak kelas kakak," ucap gadis itu yang akhirnya mengangkat kepalanya dengan takut.

Kacamata bulat yang lumayan tebal bertengger di hidung mancungnya, dengan rambut berponi yang diikat menjadi satu ke belakang.

"Oh? Makasih ya, Dek," ucap Alissa seraya tersenyum manis. Ia pun menoleh ke arah Shasa yang tengah bercermin di ponselnya. "Sha. Lo duluan ke kantin aja, ya? Pesenin gue bakso, nanti gue nyusul."

"Gak mau ditemenin?" tawar Shasa yang sudah menyimpan kembali ponselnya di dalam saku seragamnya.

Kepala Alissa menggeleng singkat. "Gak usah, lo ke kantin aja cari tempat, takutnya nanti keburu penuh semua."

Usai mengatakan hal itu, Alissa pun beranjak dari sana dan memutar arah menuju gudang peralatan olahraga kelas sebelas yang letaknya di lantai dua. Dalam hati Alissa sedikit bingung, tumben sekali Pak Yus menyuruh datang ke gudang olahraga, apalagi punya kelas sebelas.

Mengingat gudang tersebut berada di bagian ujung lantai dua yang letaknya lumayan jauh dari kelas-kelas. Namun, Alissa tak mengambil pusing akan hal itu, ia tetapi melanjutkan langkahnya menuju tujuannya.

"Assalamu'alaikum," ucap Alissa begitu sampai di depan gudang, sejenak ia menghentikan langkahnya melihat pintu gudang tersebut tertutup. "Apa Pak Yus udah gak ada di sini?" gumam Alissa dengan suara kecil.

Namun, Alissa memberanikan dirinya untuk membuka pintu di hadapannya dan melirik keadaan di dalam sana. Saat kepalanya menyembul di balik kegelapan ruangan gudang tersebut, seseorang menarik tangannya dengan kuat dan membuatnya masuk sepenuhnya ke dalam sana.

Brak!

Usai tubuh Alissa benar-benar masuk, pintu gudang tertutup dengan begitu keras diikuti dengan suara kunci yang berasal dari luar sana.

Sementara Alissa yang masih terkejut pun segera tersadar dan memberontak dari dalam rengkuhan seseorang yang tak ia tahu siapa. Ruangan yang gelap membuat pandangan Alissa terbatas, ia tak bisa melihat dengan jelas wajah lawannya saat ini.

"Calm down, Baby."

"A-aiden?" gumam Alissa terbata-bata.

Tubuh Alissa menegang mendengar suara serak yang sangat ia kenali itu, matanya menatap tajam pada sileut pria yang tengah merengkuhnya dengan kasar saat ini. Ia melancarkan tendangannya pada tulang kering Aiden.

"ARGH!" pekik Aiden kesakitan, ia melipat lututnya ke atas seraya mengelus bekas tendangan Alissa di sana.

"Keluarin gue!" ucap Alissa dingin. Aura yang memancar dari tubuhnya saat ini terlihat tak bersahabat.

"HAHAHAHA." Bukannya menjawab, Aiden malah tertawa membuat suara tawa itu menggelegar seisi ruangan. "Sut! Lo harus jadi milik gue lagi, Queen. Sekali pun dengan cara kotor seperti ini."

Aiden mendekat ke arah Alissa, membuat ia juga terus mundur ke belakang, tetapi langkahnya terhenti kala ia merasakan tembok yang cukup dingin menyapa punggungnya.

Dari jarak sedekat ini Alissa bisa mencium bau alkohol yang keluar dari napas Aiden membuatnya bertambah tegang, bohong jika Alissa bilang kalau ia tak takut saat ini.

Seberani apapun Alissa, ia tahu bahwa kekuatannya tak akan sebanding dengan kekuatan fisik Aiden yang rajin berolahraga dan melakukan gym. Alissa sangat tahu bagaimana sosok Aiden, apalagi saat pria itu mabuk, ia akan dua kali lebih kuat dari saat biasanya.

"Ai, stop!" mohon Alissa saat menyadari keadaannya sudah cukup tersudutkan saat ini.

Napas Aiden terasa begitu jelas berhembus di leher jenjangnya, pria itu sama sekali tak memperdulikan lagi tentang permohonan Alissa barusan. Kilat napsu telah terpancar jelas di kedua matanya.

"STOP AIDEN!" bentam Alissa saat Aiden berusaha menciumi bibirnya. Ia menggelengkan kepalanya kesana kemari untuk mengindari ciuman Aiden.

Tubuhnya terasa lemas dan bergetar halus, ia sangat takut saat ini. Matanya terpejam, berharap seseorang akan datang menolongnya. Alissa sangat panik dan membuat pikirannya blank seketika.

"Lo harus jadi milik gue, Lis," bisik Aiden tepat di telinga Alissa, membuat bulu kuduknya meremang begitu merasakan napas pria itu.

"Jangan kayak gini ... lo bukan Aiden yang gue kenal." Bibir Alissa bergetar takut, tetapi ia berusaha memberanikan dirinya. "Benjamin Aiden yang gue kenal bukan seorang bajingan yang ngelecehin seorang wanita."

Entah mengerti apa yang Alissa katakan atau apa, tubuh Aiden mematung di tempat dengan tangan yang masih terangkat untuk menahan kedua tangan Alissa.

"Lo yang buat gue kayak gini, Zoe," ucap Aiden tajam.

Alissa menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kecut. "Bukan gue yang buat lo kayak gini, tapi obsesi lo. Obsesi lo yang terlalu besar buat miliki gue yang buat lo lakuin hal rendah seperti ini."

Kedua netra mereka saling bertemu dalam kegelapan, netra biru Aiden tampak bersinar indah di antara kegelapan itu. Namun, netra yang biasanya meneduhkan bagi Alissa itu kini menjadi menakutkan baginya.

"Lo gak lagi cinta sama gue, tapi lo udah terobsesi sama gue, Den. Gue tau, harga diri lo terluka saat gue enggak sengaja ciuman sama Zio kan?" tebak Alissa. "Setahun yang kita jalanin bukan waktu yang singkat buat gue dan setahun itu buat gue bisa kenal lo sepenuhnya."

Mulut Aiden bungkam seketika mendengar semua pernyataan Alissa barusan, ia seperti tertampar oleh ucapan gadis itu, menyadarkannya dengan apa yang ia lakukan sekarang.

"Kalau lo emang cinta sama gue, lepasin gue. Kita hanya sekadar masa lalu dan akan selamanya menjadi masa lalu," ucap Alissa.

Cinta yang selama ini terus terpupuk di hatinya telah ia tebang hingga tak tersisa, karena Alissa sadar bahwa cinta itu tak seharusnya tumbuh subur di dalam sana. Ia mengganti cinta untuk Aiden menjadi cinta untuk Alanzio, pria yang halal baginya.

"Gue gak bakal terpengaruh sama omongan lo! Lo harus jadi milik gue, Zoe!" bantah Aiden, ia menggeleng kepalanya dan berusaha mengingat tujuan awalnya menjebak Alissa. "Lo harus jadi milik gue, sekalipun gue harus lecehin lo dulu."

Tangan Aiden dengan kurang ajarnya masuk ke dalam seragam pramuka yang dikenakan Alissa, tubuh Alissa bertambah memegang. Dia berusaha memberontak, tetapi tangan dan kakinya dikunci oleh Aiden.

"ANJING! LEPASIN GUE!" umpat Alissa kasar saat merasa Aiden sudah tak bisa diajak berkompromi. Air matanya sudah terjatuh dengan bebas di wajahnya, ia merasa sangat hina karena perbuatan Aiden saat ini.

Bayangan wajah Alanzio terbesit di pikiran Alissa, dia merasa sangat kotor bahkan Alanzio yang statusnya adalah suaminya sendiri belum pernah menyentuhnya seperti ini.

"Nikmatin aja, Zoe," bisik Aiden dengan nada sensual.

Muak dengan segala kelakuan bejad Aiden membuat Alissa sampai meludahi pria itu, matanya menatap tajam pada bayangan Aiden di depannya, walaupun ia tahu Aiden tak akan melihat tatapan tajamnya barusan.

"Sekalipun lo lecehin gue, sampai kiamat juga gue gak bakal mau balik sama lo, Bangsat! Lebih baik gue jadi mati daripada nikah sama lo!" umpat Alissa, ia kemudian meludahi wajah Aiden dengan berani di detik berikutnya.

Brak!

----

To be continued...

Gimana nih buat part ini? ⊂((・▽・))⊃ Sangat menyenangkan bukan?

Lanjut enggak?

Marry Me! Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora