02. Bulan temani kegelapan

6.3K 838 58
                                    

[Happy reading!!]

Semesta, bagaimana sebenarnya kehidupan ini? Apakah begitu indah?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Semesta, bagaimana sebenarnya kehidupan ini? Apakah begitu indah?

Semesta, Bagaimana rasanya melihat bulan dan bintang di malam hari? Apakah seindah yang dibilang oleh orang-orang? Apakah langit malam jauh lebih menenangkan jika dipandang saat hati sedang tidak baik-baik saja?

Semesta, bagaimana rasanya punya keluarga? Bagaimana rasanya memanggil seorang wanita dengan sebutan ibu atau mama atau bunda? Bagaimana rasanya memanggil seorang laki-laki dengan sebutan ayah atau Papa? Bagaimana rasanya dipeluk oleh kedua orangtua? Apakah hangatnya bisa membuat hati ini tenang?

Semesta, bagaimana rasanya disayang? Dipeluk? Dicium? Dimanja?

Hahaha, maafkan diri ini yang suka mengeluh wahai semesta. Diri ini tidak akan banyak menuntut jika memang semua ini merupakan skenario terbaik dari Sang Pencipta.

Cukup kuatkan hati ini, tegapkan lagi bahu ini, dan perluas lagi rasa sabar ini. Katakan, kalau semua ini akan baik-baik saja.

Walaupun diri ini tidak bisa melihat indahnya semesta, tapi semesta masih bisa dengar suara ini kan? Aku mohon kerjasamanya ya semesta.

---

Semua diciptakan pasti ada hubungan timbal balik. Entah dalam bentuk simbiosis bagian yang mana, setidaknya salah satu pihak memerlukan pihak lain untuk bertahan hidup. Sebagaimana ikan membutuhkan air untuk bertahan hidup, maka pemuda 15 tahun ini membutuhkan tongkat untuk bisa menuntunnya menentukan arah kehidupan. 15 tahun hidup tanpa bisa melihat apapun, membuatnya selalu dilanda kegelapan.

Agharna Adhitama Keylani. Itulah nama pemuda itu. Dia pernah dikasih tau kalau ada huruf 'M' dibelakang namanya. Tapi selama dia hidup, dia tidak tau apa singkatan dari nama belakangnya itu. Pemuda itu memiliki paras yang teduh dan tampan, dengan mata yang sangat indah, seindah namanya. Namun sayang, kedua netranya tidak diizinkan untuk melihat keindahan alam semesta.

Bibir tipis itu tidak pernah berhenti tersenyum meskipun keadaan memukulnya begitu keras. Hati dan pikiran Agha putih sebersih kapas, tidak ada sedikitpun terbersit pikiran negatif tentang beragamnya sifat manusia di bumi ini. Bagi Agha, semua orang itu baik. Hanya saja kadang kebaikannya tertutupi oleh hasrat yang mengelabuinya.

"Permisi ibu, garam ada gak ya bu? Saya mau beli satu." Pemuda itu berkata pelan dan sopan.

"2 ribu kan ya Bu? Ini uangnya Bu." Dia memberikan lembaran duit 2 ribu kepada sang pemilik warung.

"Ini duit seribu, masih kurang." Ibu itu tersenyum licik. Pemuda itu langsung gelagapan, merasa bersalah. Padahal sudah benar kalau uang yang dikasih itu bernilai 2 ribu rupiah.

"Oh iya Bu? Sebentar, berarti saya salah ambil duitnya. Ini duit 2 ribu gak ya Bu?" tanyanya memperlihatkan uang 10 ribu.

"Iya, ini baru 2 ribu. Nah ini garamnya."

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now