40. Rehat

3.7K 529 108
                                    


[PART INI DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT!]

[PART INI DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT!]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Agha geseran dong, sempit banget aku di sini."

Pagi-pagi Auriga sudah mendorong dan mepet-mepet ke Agha, membuat Agha dengan mata yang masih mengantuk langsung kebangun. Dia melirik ke arah Auriga yang terus saja mendekatkan dirinya ke Agha.

"Gesernya ke sana Ga, ini dikit lagi aku yang jatoh."

"Gak mau, kamu nya yang geser." Auriga makin mepet ke Agha.

"Di sana lebih luas Auriga." Agha serius kalau dikit lagi dia bergeser, dirinya bisa saja jatuh dari kasur.

"Di sini lebih hangat." Auriga makin mendekatkan dirinya ke Agha, memeluk kembarannya itu dengan mata yang setia masih terpejam.

"Ya kamu nempel banget ke aku makanya hangat. Auriga mah jangan didorong akunya."

Abel yang mendengar perdebatan kecil itu langsung terbangun.

"Adek ini masih pagi, jangan ribut."

"Agha gak mau geser bang," lapor Auriga.

"Auriga aja yang geser ke sana, di sana lebih luas. Ini kalau aku geser yang ada aku jatuh."

"Tapi gak mau ke arah sana."

"Aurigaaaaa..."

Abel menghembuskan napasnya. Tapi sedetik kemudian dia tersenyum. Keributan ini menjadi hal yang dia rindukan. Abel langsung bangkit dari kasurnya dan pindah ke kasur adiknya itu. Dia tercengang sambil tersenyum, pantesan Agha gak mau geser. Space kosong di samping Auriga lebih luas tapi dia malah ngeyel mau ditempat Agha.

Abel langsung tiduran di samping adiknya itu dan menarik Auriga ke arahnya, menjauhkannya dari Agha hingga Agha dapat langsung bergeser biar ga jatuh. Auriga yang masih lemas tentu saja langsung ketarik begitu saja. Abel langsung memeluk adiknya itu dengan erat.

"Abang!!" Auriga jelas kaget.

"Agha nya mau jatuh dek ih ntar dia jatuh."

"Abang ih kenapa ikut-ikutan ke sini?? Makin sempit! Badan Abang tuh bongsor gede!"

"Tetap sama aja ih mulutnya gak pernah difilter dulu. Bongsor gini yang penting sixpack ya."

Auriga tidak bisa berkutik karena Abel mengunci pergerakannya hingga Abel leluasa bisa memeluk adiknya itu. Sudah lama Abel tidak seperti ini ke Auriga, biasanya juga tiap pagi selalu ribut bahkan untuk perihal kecil seperti siapa yang duluan mandi, atau meributkan kenapa kran air gak mau nyala padahal memang listrik sedang padam.

"Kaki adek kehimpit bang sakit!!"

Abel langsung melepaskan pelukannya. Kaget, dia lupa kalau adiknya belum sembuh total.

"Mana yang sakit? Duh abang ga sengaja." Abel sudah panik duluan, padahal Auriga cuma bohong doang biar bisa lepas dari Abel.

"Abang, adeknya jangan diganggu!!" Teriakan dari luar kamar membuat Abel berdecak sebal, itu suara Ivan.

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang