20. Sebenarnya Rumah dan Kasih Sayang

3.3K 583 114
                                    

[Happy reading!!]

"Lakuin Ga, sesuai perkataan kamu tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lakuin Ga, sesuai perkataan kamu tadi." Ulang Agha yakin dan mantap.

Auriga terdiam beberapa saat. Serius? Dia harus menghubungi Papa sekarang? Apa sekarang waktunya? Di saat dia dan Papa sedang ada ketegangan seperti ini? Bahkan memikirkan bagaimana tadi sore Papa hampir saja menamparnya sudah membuat Auriga tidak mau untuk terlibat secara langsung dengan Papa.

"Kenapa diam? Berarti benar kan, kalau kamu memang gak serius. Kamu hanya ingin aku menaruh harapan kan ke kamu? Buat jatuhin harapan itu." Agha jadi tidak menyukai cara Auriga, dia berpikir Auriga  mendekatinya hanya untuk membuka kembali luka yang bahkan gak pernah kering di hatinya.

Auriga tidak bersuara. Dia menahan dirinya, menahan semua kekesalan dan kondisi moodnya yang sudah tidak baik sejak tadi.

"Aku benarkan?" tanya Agha memastikan yang membuat Auriga langsung mengeluarkan hp nya dari dalam saku jaketnya.

"Oke kalau itu mau kamu. Aku kabulin sekarang. Kamu ingin punya keluarga kan? Okey, tapi jangan salahkan aku kalau nanti kamu kecewa dengan seseorang."

Auriga langsung menghubungi nomor Papa. Dia sengaja menyalakan loud-speaker pada panggilan tersebut agar Agha bisa dengar juga.

Panggilan itu langsung diangkat oleh Papa.

"Ya Allah dek, dimana? Pulang ya, Papa gak bakalan marah kok—"

"Papa bisa ke sini? Jemput adek di Desa Laringan, ada yang mau ketemu sama Papa." Auriga mengucapkan itu sambil menatap Agha dalam-dalam.

"Adek kenapa ada di sana? Jan jauh dek dari rumah."

"Papa lagi cari seseorang kan? Di depan adek sekarang ada orang yang Papa cari selama ini," ungkap Auriga dalam sekali tarik napas, sudah matang buat ngungkapin semuanya. Tidak akan dia sembunyikan lagi.

"Kirim ke Papa alamatnya, sekarang." 

"Oke." Auriga segera mematikan panggilan tersebut dan segera mengirim alamatnya sekarang. Tatapannya sesekali melirik ke Agha yang hanya diam dengan ekspresi datar.

"Bentar lagi Papa datang, paling 30-45 menit." Auriga mengucapkannya pelan. Setelah itu dia menarik napasnya dalam.

"Jangan pernah coba lindungi aku Ga," ujar Agha. Dari nadanya Agha tidak mau Auriga menimpali ataupun menyanggah ucapannya itu.

"Hm."

"Jangan pernah ikut campur."

"Hm."

"Dan aku masih kecewa sama kamu."

"Hm."

Tidak ada pembelaan sama sekali. Tidak ada sanggahan dari Auriga. Tidak ada keluhan atau apapun itu. Dia terima begitu saja permintaan kembarannya itu.

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now