19. Say I'm sorry

3.2K 587 112
                                    

[Happy reading!!]

"Hari ini Papa jemput ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hari ini Papa jemput ya. Papa gak mau kamu nolak lagi, udah lama Papa gak jemput ataupun ngantar kamu ke sekolah." Papa berucap tegas tanpa bisa dibantah. Memang benar sih, seminggu ini dia lebih memilih naik bis kota ketimbang diantar atau dijemput oleh Papa dan yang lainnya.

Auriga tidak ada pilihan lain. Padahal dia hari ini udah berencana mau ketemu lagi sama Agha, mana udah janji juga bakalan datang. Semoga aja Agha gak nungguin. 'Dih harap banget ditungguin Agha.'

"Abang nanti Papa yang jemput juga ya, jadi pagi ini kamu sama Papa aja."

"Lah kok gitu??" tanya Abel tidak terima.

"Oh jadi gak mau Papa jemput? Ya sudah motornya--"

"Iya-iya Pa, abang sama Papa aja hari ini. Motornya istirahat dulu di rumah," potong Abel cepat. Terlalu takut kalau Papanya itu menyita motor kesayangannya lagi.

"Oke, nanti sekalian kita makan siang ya."

"Kakak jadi pengen deh." Ivan menatap Papa penuh harap.

"Kan kamu koas kak, gak usah bolos-bolos. Emang mau ngulang lagi stase nya dari awal?" Papa balik menatap Ivan.

"Amit-amit Pa, jangan." Ivan langsung geleng-geleng kepala. Berhadapan dengan satu stase aja udah bikin jiwa batin dan raganya hampir melayang. Danan yang menikmati sarapannya hanya bisa ketawa tipis melihat kepanikan Ivan.

Dan sesuai ucapan Papa tadi pagi, Papa beneran menjemput Abel dan Auriga. Mereka berhenti di salah satu restoran tempat mereka sering makan bersama. Auriga terlihat tidak terlalu senang hari ini, mungkin karena dia gagal bertemu dengan Agha hari ini.

'Besok bisa ke sana,' batin Auriga menyemangati dirinya sendiri.

"Mau pesan apa?" tanya Papa saat mereka sudah duduk di ujung ruangan. Tempat favoritnya Auriga, biasanya kalau makan di sini Auriga akan langsung lari dan mengambil tempat ini lebih dulu.

"Pengen ayam rica-rica, sama soto mie." Auriga menyebutkan makanan yang dia inginkan.

"Abang apa?"

"Gurame bakar Pa, mintain sambal matahnya juga." Abel juga menyebutkan pesanannya.

"Minumannya?"

"Jus mangga," jawab Abel dan Auriga kompak. Mungkin tanpa ditanya pun Papa pasti tau apa yang bakal dipesan sama anak-anaknya itu.

Setelah selesai memesan makanan, mereka berbincang-bincang santai. Abel tidak henti-hentinya mengganggu adiknya dan menggoda Auriga yang selalu bepergian akhir-akhir ini. Abel mengira kalau Auriga diam-diam punya pacar.

Ditengah asik berbincang, kedua netra Auriga menangkap sosok wanita yang selama ini dia panggil Mama, masuk berdua bersama seorang pria. Mama tidak melihat keberadaan suami dan anak-anaknya. Mereka masuk dengan bergandengan tangan, layaknya sepasang kekasih. Tidak hanya Auriga yang melihat, Abel juga. Mereka berdua tertegun, bahkan rahang Abel menegang menahan emosi.

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now