26. Salam kenal

2.5K 550 85
                                    

[Happy reading!!]

Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, hari ini Danan akan pindah dari rumah dan tinggal bersama Mama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, hari ini Danan akan pindah dari rumah dan tinggal bersama Mama. Itu sudah keputusan final meskipun Auriga ataupun Abel tidak setuju. Kejadian yang ditakutkan Abel terjadi, salah satu dari mereka pasti akan berpisah.

Abel dan Auriga hanya bisa ngelihatin Danan yang memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil. Setelah ini tidak akan ada lagi orang yang setiap pagi bikin kopi sambil makan roti. Tidak akan ada lagi sidang 4 mata di kamarnya Danan. Tidak akan ada lagi kemarahan atau amukan Danan di rumah ini.

Abel dan Auriga jelas sedih. Mereka berdua dirangkul oleh Ivan. Ivan juga sedih, dia bahkan belum siap tiba-tiba harus menjaga adik-adiknya itu sendirian mulai sekarang. Dia yang punya jiwa lebih bebas dibanding Danan, sedikit lebih tertekan. Apakah dia bisa jagain adik-adiknya seperti Danan yang tegas dalam mendidik adik-adiknya?

Danan mendekati adik-adiknya itu sambil tersenyum. Dia juga sedih harus pisah, tapi dia juga gak bisa membiarkan adik-adiknya yang mengambil keputusan ini. Itu akan lebih berat lagi bagi dia dan bagi adik-adiknya.

"Gak usah manyun gitu dong, kan apartemen Mama juga ga jauh-jauh banget. Mas bisa ke sini kok bahkan tiap hari." Danan mengacak rambut Abel dan Auriga bergantian.

Auriga tetap aja manyun, belum terima Danan pindah dari rumah.

"Janji ya gak lupain kita." Auriga menatap Danan tajam dan dalam, wajahnya masih menunjukkan ekspresi ngambek.

"Iya janji, masa iya dilupain. Mas bakalan datang kapanpun adek-adek mas butuh."

Mereka berpelukan sebelum Danan pergi. Danan juga memberikan kepercayaannya kepada Ivan dalam menjaga adik-adiknya di rumah.

"Jangan berantem di rumah, jangan bikin Papa marah-marah nanti tekanan darah Papa naik. Adek di rumah baik-baik sama Agha, jangan diusilin terus. Abang juga pulang sekolah langsung ke rumah, jangan keluyuran. Bawa aja teman-temannya ke rumah daripada main gak jelas di luar. Kakak juga, ingat gak ada mas Danan yang bukain pintu malam-malam jadi jangan macam-macam. Perilaku dan kegiatan kakak lebih dijaga ya, boleh ngapain aja asal tau kondisi dan situasi, ingat di rumah ada adik-adik."

Ivan mengangguk pelan, tiba-tiba dia berasa dikasih beban ratusan ton. 

"Abang juga jagain adek, sekolah yang benar jangan tawuran terus."

"Abang udah gak pernah tawuran lagi," ucap Abel pelan yang membuat Danan tersenyum dan mengacak rambut adiknya itu.

"Pa, mas berangkat dulu ya. Papa di rumah hati-hati, jangan keseringan lembur kalau kerja," Danan salim dan memeluk Papa Efendi. 

"Jaga kesehatan di sana ya mas, hubungi Papa kalau ada apa-apa. Butuh sesuatu juga bilang ke Papa, duitnya kalau habis bilang Papa." 

"Siap Pa," ucap Danan sambil tersenyum sedih, berat buat berpisah dengan Papa. Apalagi selama ini dia selalu bertukar pikiran sama Papa, kalau ada apa-apa bilangnya ke Papa, sering diam-diam masuk ke ruang kerja Papa hanya buat tanya-tanya terkait pekerjaannya di kantor.

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now