07. Morning debate

2.7K 498 16
                                    

[Happy reading!!]

Keadaan dua kamar yang dijadikan satu itu tampak hening

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Keadaan dua kamar yang dijadikan satu itu tampak hening. Sang pemilik kamar tengah bergelut dengan kegiatannya masing-masing. Abel lagi tiduran, sementara Auriga sedang membuat tugas sekolah. Dia sedang mencoba mengerjakan tugas matematika dengan hati yang damai. Sesekali dia bersenandung mengikuti alunan lagu. Dua suasana hati dalam satu ruangan, saling bertolak belakang.

Mereka memang satu kamar berdua, berbeda dengan Ivan dan Danan yang mempunyai kamar masing-masing. Kamar mereka tuh sebenarnya dua kamar yang dijadikan satu. Makanya luas banget. Kasur Abel di bagian sisi sebelah kiri kamar, sementara Auriga sisi sebelah kanannya. Batas wilayah kamar mereka hanya dinding yang panjangnya hanya setengah, dinding yang dijadikan sandaran untuk lemari baju Auriga. Masing-masing sisi kamar punya balkon, karena memang sebelumnya kamar itu memang dua kamar yang terpisah dulunya.

Sebenarnya Abel udah mengajukan petisi kepada Papa dan Mas Danan agar kamarnya dipisah kembali karena Abel ingin punya kamar pribadi. Tapi petisi itu ditolak mentah-mentah oleh Papa karena Auriga kalau tidur suka kagetan, gak bisa ditinggalin sendiri. Sebenarnya bisa saja Papa mengiyakan permintaan Abel, dengan cara mengalihkan ruang kerjanya menjadi kamar Abel. Tapi karena dia gak mau Auriga kenapa-kenapa, makanya Abel sampai sekarang sekamar sama Auriga.

Pernah suatu hari Abel nginap di rumah temannya yang otomatis membuat Auriga tidur sendirian. Tau apa yang terjadi? Auriga keringat dingin di kamar sendirian. Apalagi kalau sudah mati lampu ditambah hujan dan gemuruh, jangan tanya gimana kondisi Auriga kalau sendirian.

Setiap Abel gak tidur di rumah, maka Auriga akan menarik Danan ataupun Ivan untuk menemaninya di kamar, ataupun dia masuk ke kamar kakaknya itu. Sebenarnya Auriga tidak akan se-kaget itu kalau tidak sendirian, jika bersama Abel atau yang lain mungkin hal itu biasa saja baginya. Tapi kalau sudah sendiri, entah kenapa dia tidak suka hal itu. Entah kenapa tubuhnya tidak biasa dengan kesendirian.

"Gak bikin tugas bang?" tanya Auriga yang sudah bosan belajar dan memilih untuk mengganggu abangnya itu.

"Mager. Capek."

"Abang kenapa sih? Bete banget keliatannya, gak cocok tau bang kalau bete kek gini, bukan Abel namanya." Auriga menatap abangnya itu curiga dan penasaran. Gak biasanya.

"Diem deh, abang lagi ga mood ngomong."

"Tuhkan, kayak cewek pms aja. Lagi pms ya bang?"

"Iya, diem makanya." Abel menjawabnya malas.

"Gara-gara motor disita Papa?" tebak Auriga menatap abangnya itu.

"Salah satunya ya."

"Habisnya berantem mulu sih bang, tobat makanya."

"Bukan gitu..."

"Adek tau ya Osvaldo lagi punya masalah sama anak-anak Ksatria. Udah deh jangan diladenin. Makin menjadi mereka mah kalau abang ladenin, cari perhatian aja mereka tuh biar bisa bikin keributan."

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Onde histórias criam vida. Descubra agora