04. Sirkel Auriga

4.1K 561 20
                                    

[Happy reading!!]

Kelas 10 IPS 3 pagi-pagi gini masih rada sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kelas 10 IPS 3 pagi-pagi gini masih rada sepi. Hanya manusia yang rajin datang ke sekolah saja yang sudah nangkring di dalam kelas. Mencari sosok Auriga? Dia datang selalu di detik-detik bel masuk sekolah berbunyi. Itupun kalau gak macet, kalau macet sudah dipastikan dia tidak akan masuk sekolah. Lebih baik gak masuk dibanding harus dihukum hanya karena telat akibat macet.

Auriga menyandang tasnya di bahu kanan. Moodnya lagi baik pagi ini. Dia berjalan dengan santai menuju kelas. Hari ini dia datang gak terlalu telat karena Papa pagi ini ada meeting, makanya dia juga harus ikut berangkat.

Dia masuk ke dalam kelasnya, sudah ramai aja ternyata. Saat dia mendekati mejanya, ekspresinya langsung berubah.

"Anjirr siapa yang tukar kursi gue???" Kagetnya.

Gimana tidak emosi, kursi dia yang sekarang itu seperti kursi tidak layak pakai. Kursinya gak ada sandaran, di tengahnya bolong, kakinya gak kokoh dan sangat rendah.

"Ditukar anak kelas sebelah lagi kali, lo liat aja deh."

"Anjir banget tuh kelas sebelah, maling mulu." Auriga langsung putar balik. Tapi sebelum sampai pintu, teman kelasnya langsung teriak lagi.

"GA NITIP SAPU JUGA DONG, SAPU KITA HILANG SATU!" Itu suara Karina, sekretaris kelas. Sekaligus teman dekatnya Auriga, rumah mereka deketan soalnya, beda beberapa nomor doang. Lagian Auriga sama Karina dari zaman TK sampai SMA selalu satu sekolah.

Auriga langsung menuju kelas sebelah yang sudah ramai. Dia berdiri di depan pintu dan memukul pintu itu biar semuanya diam.

"JUJUR SIAPA YANG TUKAR KURSI GUE HAH?!"

"Pagi-pagi udah main tuduh aja sih, santai dong. Masuk ke kelas orang bukannya salam," ucap Safana, anak kelas 10 IPS 2.

"SANTAI-SANTAI PALA LO PEYANG!"

"Lo sehari gak emosian kayaknya kagak bisa deh ya." Safana menatap tajam Auriga, semenjak masuk ke sekolah ini gak pernah sehari pun dia melihat Auriga dalam keadaan mood yang baik. Marah mulu.

"Diem aja deh, gue lagi nyari kursi gue. Enak aja diganti pakai kursi bolong."

Auriga mencari keberadaan kursinya. Dia menarik salah satu kursi yang dia yakini itu sebagai kursinya.

"NAH INI KURSI GUE. ENAK AJA MAIN TUKAR-TUKAR SEMBARANGAN."

"ENAK AJA, INI KAH KURSI KELAS KITA!" Beberapa anak kelas berseru yakin.

Auriga menatap tajam murid itu. Dia membalikkan kursinya dan memperlihatkan bagian bawah kursi.

'Auriga ganteng'

Semuanya diam saat melihat itu. Safana malah menahan tawanya. Dia sudah kenal Auriga dari zaman SMP, dan tetap aja tingkat kepedean Auriga tidak pernah hilang.

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now