22. A Lump in the throat

3.3K 552 76
                                    

[Happy reading!!]

"AUUUURR!" Panggil Safana dari arah kelasnya

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

"AUUUURR!" Panggil Safana dari arah kelasnya. Dia berdiri di depan pintu kelasnya saat melihat Auriga baru sampai dan jalan menuju kelas.

Auriga pura-pura gak dengar. Lagian emosinya lagi di atas tanduk. Ngobrol sama Safana yang ada emosinya makin menjadi-jadi.

Auriga langsung belok masuk ke kelasnya tanpa memperdulikan Safana yang sebal sendiri dikacangin Auriga. Dia langsung nyusul Auriga ke kelas sebelah, memang ya beda kelas tuh gak asik. Semoga kelas 11 nanti mereka dapat sekelas biar bisa ngerusuh bareng di kelas.

"Sombong banget sih Aur gue yang paling kasep, duh muka ganteng lo kenapa lagi dah bengkak plus lebam gitu?? Berantem ya??" Safana benar ngikutin Auriga ke kelas bahkan dia duduk di depan kursi Auriga. Cuma Safana cewek kalem yang bisa berubah petakilan di depan Auriga, dan dia doang yang suka panggil Auriga dengan panggilan sesuka hatinya. Kadang Auriga, Aur, Riga-riga, Iga, Ga, semuanya dah dia panggil.

"Heh Safa lo masih pagi udah mulai aja gangguin Auriga," ucap Lia yang kebetulan memang udah di kelas.

"Daffa katanya hari ini gak masuk mau lihat tanding futsal, kok lo gak ikut juga Ga?" tanya Karina. Tuh tiga cewek sekarang udah duduk di mengitari meja Auriga. Benar-benar deh. Kalau Safana identik dengan kepolosannya, Lia yang usil dan suka cepu, maka Karina identik dengan sifat cuek dan to the point.

"Bukan urusan lo lo pada. Sana ah jangan ganggu gue." Auriga mengusir temannya itu.

"Lo ditinggalin ya?" tanya Lia yakin 100% dengan dugaannya.

"Sialan kalian. Pergi sana! Pagi-pagi udah cari ribut aja deh." Kesal Auriga yang sudah mengaktifkan mode senggol bacok pagi ini.

"Teman lo serem," bisik Safana ke Karina dan Lia.

"Teman lo juga kali."

Mereka memilih meninggalkan Auriga daripada nanti kena omel Auriga.

Auriga hari ini duduk berdua bersama Aydan. Aydan inisiatif maju dan mengisi kursi kosongnya Haksa. Dia menatap Auriga yang tampak tidak baik-baik saja. Sejak tadi Auriga hanya tiduran. Kepalanya dia miringkan ke arah jendela, yang berarti ke arah Aydan. Sehingga Aydan bisa melihat wajah Agha yang pucat dan pucuk hidung yang memerah karena flu. Sesekali Auriga bersin bahkan batuk-batuk.

Kepala Auriga benar-benar sakit, bahkan dia bergerak aja rasa nyeri di kepalanya sangat luar biasa. Flu juga membuat dirinya semakin tidak nyaman. Untung saja hari ini kelasnya Pak Adam, jadi beliau memaklumi kondisi Auriga yang sedang tidak fit. Bahkan tadi Pak Adam menawarkan agar Auriga istirahat di UKS, tapi ditolak oleh Auriga. Dia mau di kelas aja. Jam istirahat pun dipakai Auriga untuk tidur. Dia malas untuk bangun. Bahkan sampai bel pulang sekolah berbunyi, Auriga hanya berdiam diri di kelas sambil tidur. Tidak ada yang berani ganggu Auriga, keburu takut ngelihat tatapan Auriga.

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now