4. Drunk

12.4K 867 108
                                    

"Daddy ayo bermain, Shea sudah menunggu daddy bersama aunty." Ucap Shea.

Axel tersenyum, ia menurunkan Shea dari gendongannya. Axel menangkup wajah imut Shea yang terlihat kecil jika dibandingkan dengan kedua tangannya.

"Shea duluan ya, daddy ingin bicara dengan wanita itu."

Shea mengangguk mengerti. Ia menoleh ke arah Alexa dan melambaikan tangannya dengan senyum yang manis.

Alexa ikut tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Shea.

Sedetik kemudian manik matanya bertemu dengan manik dingin pria itu.

"Bagaimana kau bisa keluar?" tanya Axel sambil mendekati Alexa.

Alexa mengangkat bahu acuh.

"Tidak semudah itu mengurungku, sir." Ucap Alexa yang sengaja memanggil Axel dengan sebutan Sir.

"Kalian melepaskannya?" tanya Axel pada kedua anak buahnya.

"Tidak tuan. Wanita itu membuka pintu sendiri dan mengatakan dirinya lapar."

Axel mengerutkan keningnya. Bagaimana bisa? Apakah ia lupa mengunci pintunya? Ah tidak, Axel tidak mungkin seceroboh itu.

"Bawa dia kembali ke kamarnya." Ucap Axel.

Tanpa paksaan, Alexa berdiri dan berjalan melewati Axel begitu saja. Yang penting saat ini perutnya sudah cukup kenyang.

Axel mengikuti wanita itu dari belakang, diiringi oleh anak buahnya. Ia menatap pinggul wanita itu yang bergerak seirama dengan langkah kaki. Shit! Mengapa wanita itu harus mengenakan kemeja miliknya? Itu terlihat cukup ... seksi.

"Silahkan kunci kembali, sir." Ucap Alexa yang sudah masuk ke dalam kamar kurungannya.

Lalu ia duduk di ranjang dengan santai seolah-olah sedang tidak terjadi apapun.

Sedangkan Axel semakin dibuat bingung olehnya. Bagaimana bisa ia tidak merasa takut sama sekali? Apa ia sudah bosan hidup? Entahlah.

Axel menutup pintu tersebut dan menguncinya. Ia juga memerintahkan anak buahnya untuk tetap berjaga di depan pintu.

Ia berjalan menuju ruang bermain putrinya. Biasanya ia akan menemani putrinya agar Shea tidak merasa sepi meskipun tidak memiliki seorang ibu.

"Hello Sweetheart, sedang bermain apa?" tanya Axel sambil berjalan memasuki ruangan putrinya.

"Daddy kemari,"

Shea berjalan menghampiri Axel dan menuntun tangan Axel untuk mengikutinya ke arah kursi dan meja kecilnya. Axel berjalan sedikit membungkuk karena putrinya masih sangat pendek.

Shea mengerutkan keningnya, ia menatap ayah dan kursi miliknya bergantian.

"Daddy tidak bisa duduk di sini, di lantai saja ya?"

Axel terkekeh pelan. Rupanya putrinya berniatan untuk memintanya duduk di kursi kecilnya. Astaga, jika Axel duduk di sana mungkin yang ada dirinya terjungkal ke belakang.

Axel pun menuruti perintah putrinya dan duduk di lantai dengan kaki menyilang.

Shea meraih serbet makan dan memasangkannya di leher ayahnya dengan susah payah. Kini pria gagah itu tampak lucu dengan kain serbet di lehernya.

"Ah ya! Shea baru ingat. Dimana aunty?" tanya Shea.

Oh astaga! Bagaimana bisa Shea mengingatnya? Padahal gadis kecil itu cenderung sulit beradaptasi dengan orang baru, apalagi sampai mengingatnya.

Falling In Love With A KillerOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz