7. Escape

11.5K 906 115
                                    

"Selesai!"

"Sekarang waktunya tidur," ucap Alexa sambil meletakkan buku cerita di nakas.

Ia menarik selimut Shea hingga sebatas dada dan mengusap lembut rambut gadis kecil itu. Ia akan menunggu Shea tertidur terlebih dahulu sebelum pergi ke kamarnya sendiri. Perlahan gadis kecil itu tertidur lelap.

Alexa tersenyum miris. Entah mengapa hatinya terasa berat untuk meninggalkan Shea.

"Maaf jika aunty tidak ada lagi di sini besok," bisik Alexa, ia mengusap air matanya yang tiba-tiba saja mengalir.

Setelah itu, ia mematikan lampu dan menutup pintu. Alexa pergi ke kamarnya dan mengunci pintunya.

Ia akan menjalankan sebuah aksi besok. Tepatnya pukul 4 pagi di saat Axel belum terbangun, semoga saja. Tentunya agar Shea juga tidak melihatnya pergi. Ia tidak tega jika harus melihat wajah anak itu terlebih dahulu. Ia sudah menyayangi Shea. Gadis kecil itu berhasil mengambil hatinya dalam waktu singkat.

Alexa membuka lacinya dan menatap dua senjata api di sana. Yang satu ia temukan di laci ini dan satu lagi ia curi dari salah satu penjaga yang sedang lengah. Untung saja saat Alexa cek, keduanya masih memiliki peluru. Ini yang akan menemani Alexa melancarkan aksinya.

"Calvin aku akan segera menemuimu," gumam Alexa.

***

Alexa melirik jam yang menunjukkan pukul setengah empat pagi. Ia menyelipkan kedua pistol itu di celana pendeknya dan berjalan keluar kamar. Dengan kemeja kebesaran milik Axel, ia mampu menutupi pistol-pistol tersebut.

Alexa menghampiri penjaga di pintu masuk. Saat malam seperti ini, penjaga bersebaran di sekitar pintu masuk mansion, depan mansion, dan area samping.

Alexa menghampiri para penjaga itu, pertama area pintu masuk.

"Hei, kalian diminta untuk berkumpul di ruang pertemuan." Ucap Alexa dengan berlagak mengantuk.

"Tetapi tuan Axel tidak memerintahkan apapun."

"Entah, ia yang memintaku. Ia baru saja tidur denganku dan saat ini sedang beristirahat sebentar," ucap Alexa dengan berbisik di kalimat terakhir.

Para penjaga itu melihat Alexa dari atas hingga ke bawah. Memang penampilan wanita itu sangat meyakinkan jika ia habis melakukan hal seperti itu. Mulai dari kemeja Axel yang justru dikenakan wanita itu hingga rambut yang sedikit berantakan. Jangan lupakan kiss mark palsu yang ia buat menggunakan lipstik di lehernya.

"Ah ya, tolong kerahkan yang lain juga. Aku akan memanggil Axel. Jika ia datang sedikit terlambat, kalian tahu apa yang sedang terjadi di antara kami berdua." Ucap Alexa dengan mengedipkan matanya nakal seolah-olah meyakinkan.

Ia berpura-pura berjalan ke arah lantai kamar Axel dengan sangat santai.

Ia menunggu kurang lebih 20 menit lalu turun ke ruang pertemuan. Ia mengintip dan mendapati sekitar 40 orang penjaga sudah berdiri tegap di dalam ruangan itu. Beberapa dari mereka justru menguap menahan kantuk. Inilah salah satu tujuan Alexa melancarkan aksinya sepagi ini, biasanya jam-jam segini adalah waktu paling nyenyak untuk tidur. Mereka pun pasti mengantuk dan kurang fokus berjaga, oleh karena itu cukup mudah mengelabui mereka.

Dengan cepat Alexa menscan sebuah kartu ke layar kecil di dekat pintu. Pintu itu pun terkunci dengan sendirinya.

Lagi dan lagi, kartu ini Alexa ambil dari Axel saat pria itu tidak sengaja menjatuhkannya di kamar Shea. Ia pernah melihat kartu ini Axel gunakan untuk memasuki ruang pertemuan dan tentu saja hanya ia yang dapat mengakses ruang itu dengan kartunya.

Falling In Love With A KillerWhere stories live. Discover now