11. Dead

12.3K 878 106
                                    

"Deal." Ucap Calvin.

"He doesn't really love you." Ucap Axel.

Dor!!

Dan kemudian terdengarlah suara teriakan Alexa dan ledakan dari pistol di tangan Axel.

Ya, Axel menembak Calvin di dada pria itu. Tepat dimana organ hati terletak. Pria yang tidak memiliki hati pantas mendapatkan itu.

Alexa pun menutup kedua telinganya dan memejamkan mata sambil menangis. Apakah yang baru saja ia lihat itu nyata? Kekasihnya mati ditembak oleh Axel?

Alexa membuka matanya yang sembab perlahan. Ia turun dari ranjang dengan tertatih-tatih dan mendekati Calvin. Ia menangis sejadi-jadinya. Tangisan paling menyedihkan yang pernah Axel lihat dari Alexa. Sepertinya ia benar-benar berhasil membuat wanita itu menderita.

Namun, mengapa Axel merasa panas saat melihat wanita itu menangisi kekasihnya yang mati?

"Calvin," Alexa memeluk tubuh Calvin yang berlumuran darah. Ia menangis sambil memeluk kekasihnya yang sudah tidak bernyawa lagi.

Hancur sudah harapannya untuk dapat menikahi pria yang paling ia cintai. Hancur sudah rencana-rencana menyenangkan yang ia buat bersama Calvin. Hatinya seperti tertusuk beribu anak panah saat mendengar bisingnya suara tembakan itu yang mengenai kekasihnya.

Alexa berusaha berdiri dan berjalan ke arah Axel meskipun ia masih sering hampir terjatuh karena kakinya yang payah. Ia menatap Axel dengan menyala-nyala. Ia benar-benar muak dengan pria itu. Ia benar-benar membenci pria itu.

"Apalagi yang akan kau lakukan?!" teriak Alexa.

"Kau ingin membunuhku? Cepat lakukan!" 

Alexa meraih pistol itu dengan cepat dan mengarahkannya ke dahinya sendiri.

"Kau ingin aku mati, bukan?"

"Jangan bermain-main dengan itu!" Axel panik dan hendak merebut pistol yang Alexa genggam.

"Kau sangat menginginkan aku mati, bukan?!" teriak Alexa lagi tanpa melepaskan pistol itu yang mengarah ke dahinya sendiri.

"Stop it!" sentak Axel.

Alexa memejamkan matanya sebelum menekan pelatuk pistol itu.

Dor!!

Suara peluru yang meledak dari pistol itu kembali terdengar.

"Kau gila?!" Axel berhasil menghempas pistol itu hingga terlempar jauh dan peluru itu memecahkan sebuah vas bunga.

"Kau yang gila! Apalagi yang kau inginkan? Kau belum puas menyiksaku?!" sentak Alexa menggebu-gebu. Dadanya naik-turun mengikuti deru napas.

"Ah ya, bukankah kau sendiri mengatakan ingin membuatku menderita?" ucap Alexa masih menatap mata Axel tajam.

Axel mengingat-ingat ucapannya.

"Aku pastikan kau akan menikmati hidupmu di dalam penderitaan. Dan aku sendiri yang akan membawa derita itu untukmu. Anggap saja itu hadiah dariku."

Alexa tersenyum miring menatap Axel. Namun, sorot mata wanita itu menunjukkan luka yang sangat dalam.

"Well, selamat. Kau berhasil menepati ucapanmu. Terima kasih." Ucap Alexa.

Ia menatap Calvin sejenak dan menghapus air matanya kasar. Alexa meraih kemejanya dan berjalan keluar kamar dengan susah payah.

Sedangkan Axel masih membeku di tempatnya. Mengapa hatinya terasa begitu tidak nyaman? Mengapa ia merasa sangat gelisah?

Falling In Love With A KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang