29. Guest

8.1K 652 29
                                    

Satu minggu berlalu setelah kejadian peluru yang menyasar ke mobil Axel, sejak saat itu Axel tidak lagi menjumpai sesuatu yang janggal, atau mungkin belum? Ia menambahkan beberapa bodyguard lagi untuk terus berjaga-jaga di sekitar mansion-nya. Ia harap tidak terjadi hal-hal buruk kepada keluarganya.

Memang saat ini perusahaannya tengah bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain, begitu banyak orang-orang yang ingin menjatuhkan Axel. Lengah sedikit, perusahaannya menjadi taruhan. Oleh karena itu, pria itu sering sekali sibuk di depan laptopnya. Tetapi, bersaing dengan cara kotor seperti itu sudah sangat keterlaluan. Selama ini Axel tidak pernah mengalami kejadian seperti itu.

Ia juga memilih untuk diam dan tidak mengatakan hal itu pada Alexa. Ia tidak ingin wanita itu menjadi khawatir dan membahayakan kesehatannya. Apalagi ia baru saja habis melahirkan dan masa-masa setelah melahirkan pun cukup sulit, Axel tidak ingin memberatkan Alexa lagi dengan masalah ini.

Mereka pun memutuskan untuk menikah setelah masa pasca persalinan Alexa selesai. Ia dan Alexa sepakat untuk membuat acara pernikahan yang sederhana dan tidak mengundang banyak tamu. Toh, Alexa sendiri tidak tahu harus mengundang siapa. Ia tidak pernah akrab dengan orang lain. Ia jarang memiliki teman. Di tempat kelahirannya saja ia hanya memiliki sedikit teman, apalagi di Amerika?

Axel pun sama, ia hanya mengundang orang-orang penting dan teman-temannya. Meskipun begitu, Axel masih memiliki cukup banyak teman.

Persiapan pernikahan mereka sudah 75% hampir sempurna. Gaun, tuxedo, tempat, daftar tamu, makanan, dan sebagainya. Semua sudah siap. Hanya satu yang belum mereka urus sama sekali, yaitu orang tua Alexa. Mereka berencana berangkat ke Italia minggu depan untuk menemui keluarga Alexa.

Alexa sendiri tidak yakin jika orang tuanya akan datang ke pernikahannya. Ia sudah menjadi anak yang pemberontak dan mungkin orang tuanya sudah melupakan dirinya. Tetapi Axel memaksa untuk datang ke sana karena bagaimana pun mereka masih orang tua Alexa. Lagipula, Axel pernah bertemu dengan kakek wanita itu karena urusan bisnis.

"Istirahatlah sejenak," ucap Alexa sambil meletakkan secangkir kopi di meja Axel.

"Thank you, Honey!" ucap Axel sambil tersenyum.

"Di mana Alyssa?" tanya Axel kemudian.

Alexa menunjuk dengan dagunya ke arah sebuah box bayi di samping ranjang mereka.

"Ia sudah tertidur?"

"Ya, sangat nyenyak." Ucap Alexa sambil tersenyum.

"Bagaimana kondisimu, hm?" tanya Axel sambil memindahkan tubuh Alexa ke pangkuannya. Alexa pun duduk menyerong di pangkuan Axel.

"Aku sudah mulai terbiasa, kau tenang saja." Ucap Alexa sambil mengusap rahang pria itu.

"Maaf aku terlalu sibuk bekerja," ucap Axel lembut.

"Aku mengerti," ucap Alexa tidak kalah lembut.

"Sudah lama kita tidak melakukan-"

"Melakukan apa?" Alexa memotong ucapan Axel sambil mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke arah Axel, ia sengaja menggesekkan area sensitifnya ke kejantanan pria itu.

"Wow," respon Axel yang kesenangan.

"Let's do it!" ucap Axel semangat.

Alexa tersenyum nakal dan mendekatkan wajahnya ke wajah Axel hingga hidung mereka bersentuhan, kedua tangannya sudah ia kalungkan di leher Axel.

"Istri yang nakal," bisik Axel.

Tangan pria itu pun meremas bokong Alexa dengan gemas, tangannya bergerak hendak membuka celana wanita itu.

Falling In Love With A KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang