22. Club

11.7K 773 60
                                    

Alexa sedang menggila di tengah-tengah lantai dansa sebuah kelab malam. Ia meliuk-liukkan tubuhnya tanpa rasa malu, toh semua orang di sini untuk mencari kesenangan dan bukan untuk saling menghakimi. Sesekali ia merangkul sembarang pria dan menari bersama, atau pun pria yang menghampirinya duluan seperti saat ini. Seorang pria latina yang sangat seksi tengah menari bersamanya, tangan pria itu sudah berada di pinggang Alexa.

"Ingin minum bersama?" tanya pria itu.

"No sorry, aku sedang hamil." Ucap Alexa yang masih asyik menari di tengah kerumunan.

"Sedang hamil dan menginjakkan kaki di tempat ini? Incredible!" Pria itu menatap Alexa dengan senyum miring menggoda.

"Yeah! That's me," Alexa berbicara setengah teriak.

"I think I like you," ucap pria itu.

Alexa melengkungkan bibirnya ke bawah seolah-olah menantang. Pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Alexa, wanita itu pun terbawa suasana dan memejamkan matanya.

Bugh!

Bugh!!

Alexa membulatkan matanya. Pria itu sudah terjungkal di lantai dan kini mereka sudah menjadi sorotan orang-orang. Alexa menoleh untuk melihat siapa pelaku yang membuat pria itu tersungkur.

"Kau?"

***

Sudah satu minggu Axel tidak pernah absen menginjakkan kaki di sebuah kelab malam. Tidak, ia tidak sedang mencari jalang. Ia hanya perlu minum alkohol dengan puas dan menghilangkan penatnya.

Satu minggu ini pikirannya sangat kacau. Berbagai macam pertanyaan dan rasa khawatir selalu muncul di kepalanya, membuatnya keberisikan sendiri. Alexa Savannah, wanita yang terus berlarian di kepalanya dan memenuhi pikirannya sepanjang hari. Ia tidak menyangka wanita itu mampu membuat Axel kelimpungan seperti ini.

Seperti biasa, Axel memilih untuk duduk di bar dengan minumannya. Ia menatap orang-orang yang sama seperti dirinya, mencari kesenangan dan melepaskan segala beban. Kelab, tempat yang tepat untuk melampiaskan segala macam rasa. Ia tidak menyewa ruang VVIP karena ia hanya datang sendiri dan akan semakin menyedihkan jika ia minum-minum di sana seorang diri.

Sesekali Axel mengusir wanita-wanita gatal yang menempelkan tubuhnya atau pun merayunya. Ia benci diganggu. Di tempat itu Axel sangat dingin tidak tersentuh, sangat berbanding terbalik dengan pria-pria yang lain.

Axel memicingkan matanya saat tidak sengaja menangkap sosok yang memenuhi pikirannya selama ini. Sosok yang mencolok dengan gaun berwarna emas tanpa lengan. Oh astaga, berani sekali ia mengekspos dadanya yang seksi itu. Axel semakin geram saat seorang pria meletakkan tangannya di pinggang wanita itu. Berani sekali menyentuh miliknya!

Axel beranjak dari mejanya dan berjalan membelah kerumunan yang asyik menari di lantai dansa. Tubuhnya yang besar memudahkan dirinya menerobos lautan manusia itu.

Bugh!

Bugh!!

Axel meninju kedua sisi pipi pria itu dan membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Lemah sekali," gumam Axel.

Ia langsung menarik tangan wanita itu untuk menjauh dari sana.

"Hei! Apa-apaan kau?!" berontak Alexa.

"Mengapa kau di sini?" tanya Axel.

"Bukan urusanmu!" Alexa menghempaskan tangan Axel.

"Kau minum?" tanya Axel.

Falling In Love With A KillerWhere stories live. Discover now