14. Shopping

11.7K 896 77
                                    

"Kau sudah siap? Ini akan menyakitimu," ucap Axel.

Alexa sempat terdiam sejenak, kemudian ia mengangguk. Persetan dengan siap atau tidak siap, semua kejadian buruk terus menimpanya secara tiba-tiba. Seharusnya ia tidak perlu terkejut lagi bukan apabila mengetahui sesuatu yang menyakitkan?

"Alasanku membunuh pria payah itu-"

"Pria payah?" potong Alexa.

"Calvin."

"Lanjutkan,"

"Ia bermain di belakangmu. Kurasa foto-foto ini cukup menggambarkan betapa brengseknya dia selama ini." Ucap Axel sambil menyodorkan ponselnya ke Alexa.

Alexa mengerutkan keningnya sambil menerima ponsel Axel. Ia melihat foto-foto yang berada di galeri pria itu. Ya, Alexa sangat mengenal tempat di foto itu. Tentu saja itu adalah apartemen Calvin.

Ternyata ia salah. Hatinya tidak siap melihat semua ini. Foto-foto itu menunjukkan Calvin dengan wanita yang berbeda. Apakah karena Alexa tidak ingin berhubungan intim dengan pria itu? Lalu pria itu mencari pemuas nafsunya yang lain? Ia sungguh tidak menyangka. Ini seperti bukan Calvin yang ia kenal.

Alexa tersenyum hambar. Pantas saja Calvin sempat merelakan Alexa demi menyelamatkan dirinya sendiri. Ternyata benar ucapan Axel, pria itu tidak benar-benar mencintainya.

Hatinya benar-benar hancur berkeping-keping. Lebih hancur daripada saat ia mengetahui Calvin sudah mati. Ia rasa dunia sungguh jahat kepadanya.

"Aku mengerti," ucap Alexa sambil menyerahkan ponsel Axel dengan tatapan kosong ke depan.

"Maaf, aku hanya ingin menyingkirkan pria busuk itu." Ucap Axel sambil menunduk.

Dengan segera Alexa menghapus air matanya kasar. Kemudian senyum miring khas miliknya kembali tercetak di wajahnya. Senyum yang selalu berhasil menutupi semua rasa. Entah itu takut, sedih, atau pun kecewa.

"Ia pantas mati," ucap Alexa.

"Ya, kali ini aku setuju denganmu." Ucap Axel.

Hening sejenak.

"Menangislah, tetapi berjanji ini yang terakhir kalinya kau menangisi pria bodoh itu." Ucap Axel tiba-tiba seolah-olah ia mengetahui perasaan Alexa saat ini.

Pertahanan Alexa pun runtuh. Ia kembali menangis. Menangisi hatinya yang terasa sangat nyeri hingga sesak di dada. Axel pun kembali menarik Alexa ke pelukannya, berusaha menenangkan wanita itu.

Di saat seperti ini, hati Axel terenyuh. Ia sadar, Alexa tetaplah Alexa, seorang wanita yang memiliki hati lembut di balik sikap dan perilakunya yang kasar. Ia merasa bersalah karena terlalu kejam kepada wanita yang memang diciptakan lemah lembut dan seharusnya dilindungi.

"It's hurt me so bad," ucap Alexa lirih.

"I know," ucap Axel sambil mengusap lembut punggung wanita itu lembut.

Alexa mengusap air matanya dan melepaskan pelukan Axel, pria itu pun melepaskan pelukannya. Mereka saling bertatapan, hingga kemudian keduanya membuang pandangan masing-masing dan suasana menjadi sangat canggung.

Falling In Love With A KillerWhere stories live. Discover now