40. Cravings

6.5K 504 28
                                    

"Tidak Axel, aku tidak ingin memakan ini." Alexa menggeser piring berisikan aneka buah-buahan sehat.

"Lalu kau ingin apa?" tanya Axel.

"Es krim cokelat," jawab Alexa.

"Kau sudah memakannya tadi siang, Baby. Kau juga memakan itu semalam, apa kau tidak bosan?"

"No, aku terus menginginkannya."

"Apakah tidak apa?" tanya Axel khawatir.

"Aku akan bertanya pada ibuku," ucap Alexa sambil meraih ponselnya di saku celana. Ia memang seringkali bertanya banyak hal pada ibunya, senang sekali rasanya saat ini ia hamil didampingi oleh orang-orang yang ia sayangi.

"Ada apa Alexa?" Terdengar suara lembut Millie di seberang sana.

"Sejak kemarin aku terus menginginkan sesuatu yang manis, apakah boleh?"

"Boleh saja Sayang, asal jangan berlebihan. Terlalu banyak asupan gula juga dapat membahayakanmu dan janinmu,"

"Ah seperti itu," ucap Alexa dengan mendesah kecewa.

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan ibunya, Alexa pun meletakkan ponselnya di meja dengan bibir yang mencebik sedih. Selama kehamilan ini Axel menyadari perubahan suasana hati wanita itu begitu cepat. Terkadang ia bisa menjadi sangat bahagia, terkadang ia bisa sangat marah dan sensitif, terkadang ia juga bisa menangis sedih.

"Setelah memakan ini semua, kau boleh memakan lagi sedikit es krim okay?" rayu Axel.

"Boleh?"

"Ya Sayang, ingat hanya sedikit."

"Baiklah," ucap Alexa sambil menarik piring yang sebelumnya ia geser. Ia menyuapkan potong per potong buah-buahan itu ke dalam mulutnya.

Axel pun tersenyum senang melihat wanita itu. Ia hanya ingin semua kebutuhan nutrisi wanita itu terpenuhi. Ia ingin istrinya beserta calon anaknya sehat hingga melahirkan nanti. Apalagi Alexa masih harus menyusui Alyssa, pasti sangat sulit melalui ini secara bersamaan. Tetapi Axel yakin, Alexa adalah wanita yang kuat. Ia benar-benar mencintai Alexa.

***

"Daddy sangat lucu!" ucap Shea sambil tertawa terpingkal-pingkal.

Saat ini mereka tengah berkumpul bersama-sama di kamar Axel dan Alexa. Lagi dan lagi Axel menjadi korban dari keinginan-keinginan aneh Alexa saat sedang hamil.

Tampak pria itu berdiri di depan ranjang tempat Alexa, Shea, dan Alyssa berkumpul. Pria itu sudah mengenakan gaun musim panas bermotif lemon dengan model lengan spaghetti. Warna gaun itu begitu cerah dan cantik dengan rok yang melebar. Panjangnya sebatas lutut jika dikenakan Alexa, tetapi itu terlihat seperti mini dress di tubuh Axel.

Gaun itu melekat dengan ketat di tubuh besar pria itu, padahal itu adalah gaun saat Alexa hamil Alyssa. Selain itu, Alexa juga memberikan topi pantai yang memiliki bentuk bundar melebar. Terakhir, ia memakaikan Axel kacamata hitam miliknya.

Gelak tawa pun memenuhi ruangan itu. Bahkan Alexa sampai menangis karena menurutnya pria itu sangat lucu, apalagi ekspresi pria itu yang sedikit tidak ikhlas.

Sebenarnya ia merasa kasihan dengan suaminya, tetapi keinginan aneh ini tiba-tiba saja muncul. Ia terlalu bosan mendandani dirinya sendiri. Keinginan melihat Axel mengenakan gaunnya begitu besar dan tidak dapat ia tahan lagi. Sungguh aneh.

Sedangkan Axel menatap jengkel ke arah istri dan putrinya. Mereka asyik mentertawakannya. Apakah mereka tidak tahu gaun ini begitu sesak di tubuhnya? Apalagi bagian dada ke atasnya begitu dingin karena model lengan gaun itu. Apakah wanita tidak kedinginan mengenakan pakaian terbuka seperti ini?

Ia sungguh heran mengapa keinginan-keinginan Alexa saat hamil begitu aneh, apalagi selalu ia yang menjadi korbannya. Saat hamil Alyssa wanita itu meminta Axel berdiri di sekitar sasaran target panah dan jika saja Alexa tidak cukup mahir memanah, mungkin saat ini Axel sudah tiada.

Kemudian kini, wanita itu ingin Axel mengenakan gaunnya dan berpenampilan seperti wanita. Tetapi bagaimana pun, kali ini keinginannya tidak terlalu mengerikan meski sama anehnya.

"Kau sangat cantik! Ingin pergi ke mana Mrs. Maverick?" ledek Alexa.

"Apakah kau akan ke pantai Nyonya?" sahut Shea yang ikut meledek ayahnya.

Axel hanya mendengus pasrah. Wanita itu benar-benar berada di posisi unggul saat ini, lihat saja bahkan Shea ikut mrndukungnya.

"Hei gadis kecil! Kau ikut meledekku, huh?"

Axel mendekat dan mengejar Shea. Gadis kecil itu pun berlari untuk menghindar. Alexa tertawa terpingkal-pingkal melihat Axel berlarian dengan gaun itu.

"Ow pahamu terekspos, girl!" ucap Alexa sambil bersiul menggoda.

"Aaa!" pekik Shea saat Axel berhasil menangkapnya. Axel mengangkat Shea dengan mudah dan menggelitik perut gadis itu hingga Shea tertawa begitu geli.

Axel membawa Shea ke ranjang dan mendekati Alexa.

"Kau sudah puas, huh?"

"Sudah," ucap Alexa dengan napas terengah-engah karena lelah tertawa.

Brek!

Baru saja Axel hendak mengubah posisinya, tiba-tiba terdengar suara kain yang robek.

"O-ow, sepertinya aku merusak pakaianmu," ucap Axel sambil berbalik.

Terlihat bagian belakang pria itu sudah sedikit terbelah dan mengekspos kulitnya. Spontan hal itu pun mengundang tawa lagi dari Alexa dan Shea.

"Kalian berdua senang sekali mentertawakanku,"

Tiba-tiba saja Alyssa tersenyum lebar dan terdengar sedikit lengkingan menggemaskan dari bibirnya. Semuanya pun menoleh ke arah bayi itu.

"Hei, kau juga ikut mentertawakanku huh?" ucap Axel sambil mengambil Alyssa dari tangan Alexa.

"Ia ikut tertawa, menggemaskan!" ucap Shea sambil menusuk-nusuk lembut pipi Alyssa dengan telunjuknya yang mungil.

Axel dan Alexa saling bertatapan dan terkekeh pelan. Mereka senang memiliki keluarga yang utuh dan saling mencintai. Meskipun Shea bukanlah anak kandung Alexa, tetapi Alexa sama sekali tidak membedakan kedua putrinya. Begitu pun Shea, ia juga sangat menyayangi Alexa.

***

Pagi ini Shea bangun sangat pagi sekali. Ingin tahu apa yang akan ia lakukan? Gadis kecil itu ingin membuatkan sarapan untuk orang tuanya. Ia merasa kasihan karena ibunya selalu bangun pagi dan membuatkan sarapan untuknya dan ayahnya, padahal ibunya sedang hamil.

Shea akan membuatkan roti dengan selai karena hanya itu yang dapat ia lakukan. Ia juga akan membuat susunya sendiri tanpa bantuan Alexa. Ia cukup sering membuat susunya sendiri jika Alexa tidak melarangnya karena bahaya was-was gadis kecil itu tersiram air panas.

Shea mendongak menatap roti dan selai yang tersimpan di kabin atas. Ia menempelkan telunjuknya di kening kanan seraya berpikir bagaimana cara agar ia dapat meraih itu.

"Ah ya!"

Gadis itu menyeret satu kursi di meja makan dan membawanya ke meja dapur. Ia naik ke kursi itu dan berdiri dengan sedikit takut. Tangan pendeknya terulur membuka kabin atas dengan hati-hati. Ia meraih satu botol kaca berisi selai stroberi. Shea ingin meletakkan botol itu di meja dapur, namun Shea kehilangan keseimbangan dan...

"Shea!!!"

Prang!!

Botol selai itu pecah dan menimbulkan suara yang sangat gaduh.









Haloha! Update🎉🎉
Hope u like it!💖💖
Kira-kira apa yg akan terjadi sama dedek Shea ya?😩

Love ya!💕

Falling In Love With A KillerWhere stories live. Discover now