32. Plan

7.8K 589 32
                                    

Warning! Mature content.

Alexa tengah menyusui putrinya di sofa, sesekali ia melirik ke arah ranjang menunggu Axel membuka mata. Ia sudah mengganti pakaiannya dan membersihkan tubuhnya. Alexa tersenyum lembut saat mendapati putrinya sudah tertidur pulas. Kemudian ia menatap ke arah Axel.

"Bagaimana mungkin kau ingin meninggalkanku beserta kedua anak kita?"

Alexa memindahkan Alyssa ke ranjang bayi yang sengaja disediakan atas permintaan Alexa. Ia berjalan ke arah Axel dan duduk di kursi samping ranjang pria itu.

"Cepatlah sadar, kau sudah berjanji kepada Shea untuk menjemputnya besok bukan?" ucap Alexa, matanya kembali berkaca-kaca karena mengingat gadis kecil itu. Ia pasti sedih mengetahui ayahnya tertembak dan hampir mati.

"Al-lexa," terdengar suara pria itu memanggilnya.

"Ya Sayang, aku di sini," ucap Alexa sambil mengeratkan genggamannya pada tangan Axel.

Perlahan, Axel membuka matanya. Tampaklah kembali manik biru milik pria itu yang sangat Alexa rindukan. Meskipun ia tidak melihatnya beberapa jam saja, namun entah mengapa Alexa sangat merindukan Axel setelah melewati hari yang sangat menegangkan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Axel dengan suara serak.

Oh astaga, ia yang jelas-jelas tertembak dan sekarat tetapi ia malah menanyakan kondisi Alexa?

"Aku baik-baik saja, seharusnya aku yang bertanya padamu." Ucap Alexa dengan raut khawatir.

"Bagaimana? Apa yang kau rasakan? Ada yang sakit?" lanjut wanita itu.

Axel tersenyum dan mengusap pipi wanita itu.

"Tidak, aku sudah baik-baik saja. Itu semua berkatmu," ucap Axel.

"Mengapa kau mengorbankan dirimu? Harusnya aku yang tertembak, bukan kau." Ucap Alexa dengan penuh penyesalan.

"Aku hanya tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat kucintai lagi. Jika aku kehilanganmu, mungkin aku akan menjadi gila, Alexa." Ucap Axel dengan tatapan sendu, Alexa dapat melihat sorot ketakutan sekaligus kesedihan di balik mata biru yang dingin itu.

"No, kau tidak akan kehilanganku dan begitu pun sebaliknya. Kita akan selalu bersama hingga menua,"

"Kau tahu? Aku bertahan hingga detik ini karena kau. Kau datang ke mimpiku bersama Shea dan Alyssa. Itu membuatku tetap di sini," ucap Axel.

"Syukurlah, kau membuatku sangat khawatir."

"Kau tidak perlu khawatir lagi, aku akan segera mencari siapa yang berusaha membunuhku." Ucap Axel.

"Aku tahu," ucap Alexa.

"Bagaimana kau tahu? Kau menyelidikinya?" Axel mengerutkan keningnya heran.

"No, setelah kau sembuh kita akan menyusun rencana."

"Rencana?"

"Ya, ini akan sangat menegangkan sekaligus seru!" ucap Alexa sambil tersenyum girang.

Axel menggeleng tidak percaya. Alexa memang bukan wanita biasa. Ia hanya meninggalkan wanita itu beberapa jam dan ia sudah mengetahui seseorang yang mengincar Axel? Dan apa katanya? Sesuatu yang mengancam nyawa mereka dipandang seru baginya? Astaga.

***

Keesokan harinya, Axel dipindahkan ke rumah karena ia bersikeras untuk menjemput Shea. Alexa sudah melarangnya karena pria itu masih dalam fase pemulihan, tetapi Axel memang keras kepala sama seperti dirinya. Untungnya, pihak rumah sakit mengizinkan agar Axel dirawat di rumah.

Falling In Love With A KillerWhere stories live. Discover now