9. Jealous?

12.9K 875 74
                                    

"Dimana Calvin brengsek?!" teriak Alexa dengan histeris.

"Calvinmu aman, tetapi aku tidak menjamin akan selalu seperti itu." Ucap Axel kemudian meninggalkan kamar Alexa.

"Apa maksudmu keparat?!" teriak Alexa.

Sial, pria itu benar-benar sialan!

Alexa kembali menangis. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan pria itu lakukan kepada Calvin selanjutnya.

Tidak, Calvin sama sekali tidak bersalah. Jika terjadi sesuatu pada pria itu, ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Alexa berusaha menggerakkan kakinya. Ia ingin mencari Calvin di ruangan itu, ruangan dimana saat dirinya disekap.

"Aw, sial! Kapan kau sembuh?!" oceh wanita itu pada kakinya sendiri yang sulit digerakkan.

Ia benci kondisi seperti ini. Ia benci menjadi lemah dan tidak berdaya seperti ini. Ia sungguh benci. Apa kata ayah dan ibunya jika mengetahui anaknya sedang diculik dan disiksa secara fisik dan mental oleh seorang pria kejam?

Namun, Alexa sama sekali tidak ingin melibatkan orang tuanya. Ia sudah mendapatkan izin untuk bebas dari mereka. Jika orang tuanya tahu, mungkin Alexa tidak lagi diberikan kebebasan seperti ini. Alexa tidak ingin hal itu terjadi.

***

"Tuan, nona Alexa tidak mau makan. Bahkan ia tidak makan sejak pagi." Lapor seorang pelayan kepada Axel.

Axel mengerutkan keningnya. Tumben sekali wanita itu tidak mau makan? Biasanya ia selalu cinta dengan makanan, oh jangan lupakan kejadian dimana ia membuka pintu entah menggunakan apa hanya karena dirinya lapar.

Axel bangkit dari meja kerjanya dan berjalan menuju kamar Alexa. Biasanya ia sungguh malas melakukan sesuatu yang mengganggu pekerjaannya, terkecuali atas dasar permintaan Shea. Namun, kali ini terasa sangat berbeda. Ia meninggalkan pekerjaannya hanya untuk meminta wanita itu makan?

Axel membuka pintu kamar Alexa dan mendapati wanita itu tengah bersandar di ranjang dengan air mata yang membasahi pipinya. Bahkan saking asyiknya menangis, wanita itu tidak menyadari kedatangan Axel.

"Untuk apa kau menangis, heh?" tegur Axel.

Alexa mendelik ke arah Axel kemudian melanjutkan tangisnya. Air matanya seolah-olah tidak mampu berhenti keluar.

"Karena pria payah itu?" tanya Axel.

"Ku katakan padamu, ia tidak payah. Kau yang payah." Ucap Alexa sambil menatap Axel dengan matanya yang sembab.

"Kau tidak salah? Aku, Axel Orion Maverick payah?"

"Ya! Kau sangat sangat payah! Kau pria paling payah yang pernah ku kenal! Berlindung di balik harta dan kekuasaan, cih." Alexa menatap remeh ke arah Axel.

Rahang Axel mengeras, tatapannya sangat tajam, wanita itu benar-benar membuatnya naik darah sekarang.

Jika biasanya ia tidak sungkan untuk mengeluarkan pistolnya, namun mengapa kini tangannya terasa berat untuk melakukan itu? Tentu ia sangat marah, namun ia tidak bisa melakukan itu. Oh astaga! Ada apa dengannya?!

Lagipula apa-apaan dia? Terus membela kekasihnya yang payah itu. Padahal Axel jauh lebih keren dari pria itu. Oh tunggu, mengapa ia jadi membandingkan dirinya dengan kekasih Alexa?

Axel menggelengkan kepalanya cepat. Ia berjalan keluar dari kamar itu. Ah ya! Ia memiliki ide.

Axel berjalan ke kamar putrinya dan mencari Shea.

"Daddy? Ada apa?" tanya Shea yang tengah mencoret-coret buku gambarnya.

"Shea mau menolong daddy?"

Falling In Love With A KillerWhere stories live. Discover now