16. Love?

13.4K 846 122
                                    

Alexa membuka matanya dan langsung meringis, tangannya terulur memijat pelipisnya yang pusing. Ia melayangkan pandangannya ke arah jam dinding, pukul 11 pagi. Oh sial, ia baru tertidur 5 jam.

"Sudah bangun?"

Alexa tersentak kaget. Ia pikir ia sendiri di ruangan ini. Alexa mendudukkan dirinya dan mendapati Axel sudah duduk di sofa depannya. Mengapa pria itu bangun cepat sekali?

"Sejak kapan kau duduk di sana?" tanya Alexa dengan suara serak ala bangun tidur.

"Sepuluh pagi," jawab Axel.

Alexa mengerutkan keningnya. Pria itu hanya tertidur selama 4 jam? Namun ia masih terlihat segar, berbeda dengan Alexa yang terus menguap.

"Cepat sekali," jawab Alexa.

"Itu termasuk waktu tidur terlamaku," ucap Axel.

Alexa membulatkan matanya. Tidur terlamanya 4 jam? Astaga, apa masalah pria itu? Padahal, tidur adalah satu hal yang paling nikmat dilakukan.

"Why?" tanya Alexa dengan mimik penasaran.

"Jangan katakan kau stress karena pekerjaanmu?" lanjutnya lagi.

"Nope."

"Lalu?"

"Setiap kali aku tertidur, aku selalu memimpikan kematian istriku." Jawab Axel, tumben sekali ia terbuka dengan orang lain.

"Sorry, boleh aku tahu apa yang menyebabkan kematian istrimu? I mean, Shea masih sangat kecil tetapi ia sudah ditinggalkan ibunya. Aku selalu penasaran akan itu,"

"Ia mati tertabrak mobil besar yang berjalan ugal-ugalan. Shea masih berusia dua tahun saat itu, semoga saja ia tidak mengingat kecelakaan mengenaskan itu." Ucap Axel, matanya teduh. Ia khawatir putri kecilnya akan mengalami mimpi buruk sepertinya hampir setiap hari. Tetapi, sepertinya Shea tidak mengingat kejadian itu.

"Sorry, karena kubertanya kau harus menceritakan kejadian menyakitkan itu." Ucap Alexa dengan sangat merasa bersalah. Ia masih dapat melihat jelas tatapan sedih dari pria itu. Sepertinya Axel benar-benar mencintai mendiang istrinya.

"Kau tidak bertanya pun aku sering memimpikan kejadian itu," ucap Axel sambil menyesap rokoknya.

"Cepat mandi dan sarapan," ucap Axel kemudian beranjak pergi meninggalkan Alexa.

Alexa hanya bergeming di ranjangnya. Kini ia mengerti mengapa Axel sangat marah dan membenci Alexa saat tahu dirinyalah yang membunuh adik dari pria itu. Tiga tahun lalu, istrinya mati karena tertabrak. Dan dua tahun kemudian setelah itu adiknya juga mati karena Alexa bunuh.

Alexa saja masih sangat kesakitan saat mengingat kematian adiknya, bagaimana dengan pria itu? Dua orang sekaligus dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.

Alexa menghembuskan napas pelan. Ia menyingkap selimutnya dan hampir berteriak karena terkejut. Ya, ia terkejut menatap tubuhnya sendiri.

Ia tidak mengenakan apapun, tetapi bukan itulah masalahnya. Tubuhnya sudah dihiasi dengan kiss mark yang diberikan oleh pria itu. Kedua pahanya, perutnya, pinggangnya, payudaranya, dan ia sangat yakin di lehernya pun ada. Dasar binatang buas!

Alexa turun dari ranjang sambil meringis kesakitan. Sialan, seluruh tubuhnya terasa sangat remuk. Selangkangannya pun benar-benar pegal dan sakit, jangan lupa dengan area intimnya yang masih terasa perih dan kebas. Pria itu benar-benar liar di ranjang. Bahkan berdiri saja Alexa sampai gemetar, oh Tuhan yang benar saja!

Pria itu benar-benar membuat Alexa tidak berdaya semalaman. Ia terus menggempur tubuh Alexa tanpa ampun, meskipun jujur saja ia juga menikmati itu. Axel selalu berhasil membangkitkan gairah Alexa lagi dan lagi, walau Alexa sudah mendapatkan orgasme-nya berulang kali.

Falling In Love With A KillerWhere stories live. Discover now