4. kau ahlinya bagiku

74 32 25
                                    

"Lo bawa puisi lo, kan?"

"Iya, kak."

"Kemarin gue udah bilang ke bu Lisnur tentang lo kok."

"Iya."

"Apa?"

"Iya, gue siap, kak." Zeeana menjelaskan. Dia sedang menahan diri, sebab takut menghadapi Bu Lisbur, guru bahasa indonesia sekaligus mungkin yang akan membimbingnya untuk lomba, bukan takut dia sebenarnya, tapi Zeeana hanya tak yakin dengan dirinya sendiri, mungkin tulisannya tak akan secantik dan indah dari yang lain, siswa-siswi di sekolahnya yang tak menunjukkan diri dan kemampuannya. Zeeana pikir bukan hanya dia yang pandai berpuisi di sekolah, pasti ada orang lain yang lebih dari dirinya.

Namun pada akhirnya dia menyerahkan diri, pada Bu Lisnur dan Saga yang masih menemaninya di samping yang tengah mengobrol dengan Bu Lisnur, sebelum bicara lebih banyak, Zeeana mengalihkan pandangannya lalu tidak sengaja menemui cowok yang kemarin, Virgo Junaya, siapa lagi. Di seberang meja Bu Lisnur, tepat di sampingnya Zeeana, cowok itu tak menyadari Zeeana yang kini tengah menatapnya.

Zeeana mengamati dengan baik. Tapi, yang membuatnya terkejut dan tak menyangka adalah sepersekon kemudian Virgo mengambil jam tangan silver milik Bu Sri yang beberapa menit sebelumnya beliau letakkan di atas meja.

Bu Sri telah kembali dari hilangnya beberapa saat yang lalu dan duduk menghadapi Virgo lagi, cowok itu untuk konsultasi di sini.

Jadi, rumor itu benar, Zeeana mengingat pada perkataan Ryuki kemarin. Jikalau Virgo suka mencuri barang-barang milik teman-temannya di kelas. Ternyata itu bukan hanya rumor.

"Zee." Saga bahkan harus menyenggol lengan Zeeana, perempuan itu malah termenung daripada mendengarkan pembicaraannya dengan Bu Lisnur tentang lomba puisi.

Demikian akhirnya Saga harus menjelaskan kembali pada Zeeana tentang detail lombanya di luar kantor, tepatnya sih mereka masih berada di jangkauan sana, di depan ruang guru, dan Zeeana berusaha dengan baik mendengarkan Saga yang bicara banyak.

"Iya kak." Zeeana hanya menjawab seadanya. Dia memahami itu dengan sekali, hanya saja Saga sering terus mengucapkan dengan berbagai kalimat yang bermakna sama padanya, terus-menerus.

"Jadi, syarat yang lo mau apa, Zee?" Saga sepertinya suka dan amat penasaran dengan syarat dari Zeeana yang belum dibuka. Bagaikan kartu ice.

"Nanti, kak."

"Oke."

Lalu karena Saga ada urusan, dia kembali ke dalam kantor. Inginnya terus menanyakan pada Zeeana apa itu syaratnya, tapi dia tidak bisa sekarang. Ryuki lagi-lagi benar kali ini, Saga memang babu guru-guru. Alih-alih ketua osis yang dominan harusnya sering dipanggil guru, tapi kali ini yaitu Saga.

Saat itu pun Zeeana menemukan Virgo keluar dari kantor. Ini kesempatannya. Jadi Zeeana menahan cowok itu sebelum pergi, dengan keberanian yang cukup besar.

"Virgo." Satu panggilan darinya mungkin tidak dianggap, karena takut salah dengar. Virgo pun tak memedulikan itu. "Kak, lo punya telinga gak sih, gue tau lo abis nyuri sesuatu."

Hatinya sempat ragu ingin berhenti melangkah, namun Virgo tetap meneruskan akan kembali ke kelasnya. Lebih baik tidak bertemu dan menghindari hubungan yang akan sama persis dua kali nantinya dengan sial.

"Kak, gue boleh bicara?" Zeeana mengikutinya yang terus menggerakkan kaki, sampai perempuan itu rela menatapnya sambil melangkah mundur, berlawanan arah dengan Virgo. Lalu membuatnya berhenti, Zeeana segera mengikutinya diam, tampak cowok itu membiarkan Zeeana yang akan bicara. Mimik air mukanya berusaha cukup mengendalikan diri, untuk pernyataan awal perempuan itu dan rahasianya, Virgo kemudian menghela napas.

Virgo (End)Where stories live. Discover now