9. kencan

52 22 9
                                    

"Oke, gue pulang duluan kalo gitu." Dan itu adalah pamit kata dari Ryuki beberapa puluh menit yang lalu. Sebab hari rabu tersebut Zeeana ada tugas piket, dan baru dia selesaikan kini.

Setelah mengunci pintu kelasnya, kemudian Zeeana berikan pada ketua kelas yang setia menunggu kunci di sana sampai piket usai. Karena di kelasnya hanya beliau alias si ketua kelas yang dapat di percaya akan membawa kunci dan selalu datang pagi-pagi, lalu pulang paling terakhir setiap harinya.

Zeeana tidak terlalu dekat dengan ketua kelas. Tahu sendiri nilai Zeeana rendah dan di bawah rata-rata, mungkin itu akibatnya mereka bukan berada di level yang sama, Zeeana berbanding beda sekali dengan cowok itu. Jadi, sang ketua kelas tidak banyak membicarakan apa-apa lagi sampai mengucapkan pamit, lantas pergi.

Zeeana pun hendak pulang, namun saat melewati halaman kelas 12, tiba-tiba dia melihat batang hidung Saga. Dalam hati Zeeana mengeluh, ingin berbalik langkah tapi akhirnya tak bisa, lalu berusaha bersikap tenang dan santai, seperti tak ada apa-apa. Padahal Zeeana amat menghindarinya.

Langkah kakinya pun segera pergi meninggalkan Saga ke depan gerbang utama sekolah, namun dia yakin cowok itu kini tengah memandanginya dari belakang.

Zeeana menunggu kedatangan seseorang, kebetulan sore itu Zeeana dan Virgo sedang tak ada urusan berdua di perpustakaan, sebab Zeeana tidak ada PR lagi yang selalu harus mereka selesaikan. Akhirnya memutuskan untuk tak bertemu hari ini.

"Zee." Kan, Saga menghampirinya yang diam sendiri.

"Kak?"

"Baru ma pulang?"

"Iya."

Setelah percakapan singkat dan ruang yang kaku diantara mereka, Saga memutuskan tinggal di sampingnya. Jadi, sekarang menunggu seseorang yang Zeeana tunggu bersama-sama dengan Saga.

Zeeana menghela napas. Merasa bersalah sudah menghindari Saga tanpa masalah apa-apa selama beberapa hari kemarin. Makin lama menghabiskan waktu dalam hening, lantas Saga kembali bertanya, menyadari sikap Zeeana yang tak nyaman. Bahkan Zeeana tidak balik bertanya padanya, beda seperti dulu.

"Gue boleh bicara sama lo?" katanya, kemudian bicara.

Zeeana menganggukkan kepala. Lagipula siapa yang melarangnya bicara di sana? Kecuali kalau ada Virgo yang tiba-tiba datang. Zeeana pupus harapan andaikan Virgo melihatnya bersama Saga kini, dengan begitu kontrak mereka mungkin apa akan putus.

Saga segera memandangi mata perempuan yang mulai beberapa hari lalu enggan menatapnya lagi. "Gue ada salah apa sama lo, Zee? Mungkin gue pernah lakuin kesalahan. Gue cuma mau intropeksi diri. Siapa tau gue emang salah kan sebelumnya."

"Enggak, kak."

"Lo akhir-akhir ini kelihatan sering bareng sama Virgo."

"Iya, kak." Zeeana seakan-akan bertanya. Namun dia pun mengakui itu bukan sebuah tanya, sambil terkekeh dia membalas Saga begitu.

Hatinya semakin kalut, takut seseorang yang dia tunggu datang dengan cepat dan Saga tak masih pergi dari sini, lalu akan bagaimana kalau Virgo mendapatinya yang berdua. Zeeana ingin segera memutuskan percakapan.

"Maaf, kak Saga." Entah untuk apa, Zeeana mengakui yang memiliki kesalahan lebih banyak, pada Saga yang tidak tahu apa-apa namun mungkin menyadarinya.

"Emang lo punya salah?"

"Banyak lah."

"Virgo larang lo bicara sama gue mungkin itu termasuk ya?" Bukan tanya, itu adalah tebakannya, bukan sih, sebab Saga sudah tahu sendiri sifat orang itu alias sepupunya bagaimana, Virgo Junaya, siapa lagi. Demikian Saga sadar akan perubahan Zeeana yang tiba-tiba padanya. Tak masuk akal, yang ternyata adalah perintah dari Virgo.

Virgo (End)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum