8. umbrella

64 24 33
                                    

"Gue gak nyangka sikap gue bakal malu-maluin gue di masa depan." Zeeana merutuki sikapnya sendiri saat bertemu Virgo di masa lalu. Dia baru menyadarinya kalau sikapnya memang keterlaluan dan melewati batas. Kini untung dia sudah menghilangkan sindromnya yang senang bicara macam-macam pada orang lain, gara-gara setelah bertemu Virgo sih.

"Gue emang beneran udah gila. Oke, gue harus berubah. Gue harus kayak cewek cool mulai sekarang."

"Tumben," kata teman sebangkunya. Cahya.

"Apa?"

"Sadar sendiri."

"Gue gak ada muka lagi di depan tuh cowok." Namun, Zeeana memang random sekali. Temannya pun kali ini menganggapnya tidak serius dan main-main.

Bukan satu atau dua kali mendapati Zeeana bicara sendiri, apalagi sindromnya akan kambuh ketika menyelesaikan soal, berdebat pada diri sendiri tentang hasilnya yang benar adalah yang mana.

Istirahat kedua Ryuki ke kantin lebih dulu, dan tahu kalau Zeeana tak akan mengumpulkan PR trigonometri minggu kemarin, membuatnya tak mendukung Zeeana.

Gara-gara kemarin mereka bubar lebih segera.

"Cah, gue harus gimana?" Zeeana menggoyangkan lengan teman sebangkunya.

"Gimana ceritanya gue kan gak tahu, Zee."

Cahya yang sedang menyantap bekal makan siangnya dengan tenang, sama sekali tidak menatap pada Zeeana. Namun, bersiap akan mendengarkan.

"Gue gak tau malu."

"Kan itu emang diri lo. Biasa kali. Gue udah biasa nih." Zeeana mungkin lebay tak tahu perasaannya sendiri kini yang resah tak tahu malu di depan Virgo, sebaliknya dia ingin tampil keren, kalau orang lain menyadari ini mungkin akan menganggap Zeeaan punya rasa pada cowok itu. Pasalnya Zeeana ingin tampil lebih cool. "Dia mungkin emang akan tetap kenal diri lo yang random, aneh, tapi itu kan gak masalah. Dia mungkin gak peduli sama lo." Perkataan di akhir terdengar menohok hati.

Virgo tidak akan peduli.

"Iya sih."

Cahya kembali mengunyah bekalnya yang sekilas berhenti gara-gara Zeeana. Lantas Zeeana membuang napasnya.

"Gebetan lo?" tanyanya.

"Bukan."

"Orang yang suka sama lo, ya?"

Zeeana diam. Kembali ingat tentang kemarin sore. Tentang Virgo yang mengatakan ketika orang baik itu berbuat karena ada alasan. Di ketiga alasan yang dia sebutkan, terakhir ada alasan orang baik pada kita adalah karena rasa suka. Virgo mengakuinya sendiri. Sial atau mungkin itu hanya bercanda.

"Menurut lo gimana?"

"Mana gue tau, gue gak kenal orangnya."

"Enggak gitu kok."

"Zee, ada yang namanya cinta pada pandangan pertama tau. Mungkin dia salah satunya ke lo." Zeeana berusaha menyadarkan dirinya sendiri, kalau Cahya ini sama miripnya dengan Ryuki, memastikan dan memberikan
asa-asaa yang tinggi untuk orang lain bahagia di dalam angan-angannya.

Dia menggelengkan kepala keras, tetapi tetap bertanya, "Iya, gitu?"

"Coba tanya."

"Enggak mungkin." Dia menanamkan itu, untuk sadar diri. Dia tidak ada apa-apanya dengan cerita Franciska yang sering teman-temannya bicarakan, pintar, cantik, berprestasi, semua orang itu bisa lakukan. Berbeda dengannya.

Zeeana segera berdiri. Perutnya kini terasa lapar, apalagi melihat lunch box milik Cahya.

"Cah, bawa payung gak?" Sebenarnya dia sekarang tidak ingin keluar kelas bukan gara-gara takut berpapasan dengan Virgo, tetapi gerimis dingin yang tiada henti.

Virgo (End)Where stories live. Discover now