36. don't blame me

32 3 0
                                    

“Kak.” Zeeana mendekati Virgo ketika cowok itu menunggunya di depan kelas pulang sekolah. Zeeana membiarkan Ryuki pergi lebih dahulu, walau sebelumnya butuh drama, Ryuki memandanginya curiga dan genit, menggodanya yang akan pergi bersama Virgo. Men-cie-cie Zeeana lalu kabur. Namun cowok itu tampak tak peduli, sedang berpura-pura acuh, dan Zeeana menolak keras.

“Katanya mau ketemu Sona.”

“Oh, boleh?”

“Demi kebaikan lo.”

“Makasih.” Zeeana melebarkan senyumanya semakin senang, sebelum kembali bertanya, “Oh iya, lo mau bilang sesuatu apa ya Kak? Katanya mau bilang pulang sekolah ini.”

“Nanti.”

“Besok?”

“Lo penasaran banget?”

“Dikit.” Bohong. Zeeana sangat penasaran dan tak sabar, ingin tahu sekali, cowok itu akan bicara apa padanya, menanti-nanti. Namun dia mengurungkan niatnya untuk tak memaksa Virgo bicara sekarang juga.

“Dia gak ke sekolah.”

“Di mana?”

“Rumahnya lah.”

“Oke.”

Lalu mereka berdua bersama-sama pergi, segera mendatangi rumah Sona dan Zeeana baru tahu kalau rumah Sona dengan rumah Virgo hanya berjarak beberapa langkah, alias mereka merupakan tetangga, tak heran, Virgo dan Sona itu sepupu.

Setelah dibantu Virgo dan dengan embel-embel menjenguk teman, dia berhasil mempertemukan Zeeana dan Sona. Virgo membiarkan mereka hanya bicara berdua empat mata di dalam kamar Sona, sementara dia akan menunggu, katanya.

"Hai." Zeeana mungkin terlalu kaku dengan sebuah sapa yang biasa.

“Zee.”

Zeeana mendekat ketika Sona mempersihlakan masuk. Kemudian dia bicara, "Sorry gue pengecut waktu itu.” Bahkan belum satu menit dirinya duduk di sofa yang berada di kamar Sona itu. Namun Sona sudah mengeluhkan rasa bersalahnya padanya.

“Lo gapapa?” Zeeana mungkin akhirnya menyukai pertanyaan memuakkan itu. Yes, She did.

“Ternyata rasa bersalah nyiksa banget, walau gue pernah ngalamin sebelumnya."

“It’s okay. Tapi bukan itu yang mau gue denger dari lo kok.”

Zeeana menatap senyum pada Sona, inginnya mengusik tangan Sona yang disimpan di pangkuannya, nenyentuh kemudian menegarkan tubuh rapuh itu. Bahwasanya tak apa.

Zeeana harus bersyukur karena semakin kuat dari rasa bersalahnya.

“Gue tau rasanya gimana, gue paham, gue gak akan maksa dan nuntut lo apa-apa. Gue cuma berharap rasa bersalah bikin lo kuat karena bukan salah lo semua. Jangan cape-cape nyalahin diri sendiri lagi,” katanya yang cukup hangat.

"Thanks, Zee. Tapi rasa bersalah gue kayaknya buat gue takut ke sekolah. Gue gak berani inget lo di sana dan ngebiarin lo diperlakukan seperti itu."

“Gue di sini udah gapapa.”

“I hope.”

"Harusnya yang lebih takut untuk datang ke sekolah itu gue."

"Sorry gue dari dulu masih pengecut.”

“Gue sama kok.”

"Gue yang paling pengecut karena gue bodoh ketika lo disalahin Yuna tentang hal lain. Harusnya, gue gak cerita semua ke Yuna."

“Lo ngomong apa sih, gue gak mau tau.”

“Maaf, sekali lagi.”

“Gue ke sini cuma mau memastikan keadaan lo, buat liat gue, gue gapapa kan sekarang. Lo juga harus gitu. Gue tau diri lo yang sebenarnya gimana.”

Virgo (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang