33. apa adanya

17 5 0
                                    

Zeeana absen hari ini. Itu pilihan bagus, menurut Virgo Junaya. Dia sebelumnya membalas dengan sopan sambil memberikan senyum dan salam tangan kepada Ibu Rene, Ibunya Zeeana, yang menyampaikan bahwasanya Zeeana tak akan masuk sekolah hari ini, malam tadi Zeeana demam.

Padahal pagi itu mereka akan berangkat bersama-sama seperti yang dibicarakan kemarin. Virgo tidak keberatan datang ke sekolah bersama Zeeana, ini pertama kalinya. Tapi, semua gagal.

Meski lega, Virgo khawatir karena mungkin banyak Zeeana menangis malam tadi atau menyalahkan diri berlebihan atas segala yang telah terjadi. Andai Virgo bisa menemuinya sekarang dan memeluk, menenangkan dengan berbagai bahasa yang perempuan itu butuhkan, rasanya Zeeana tidak akan mau hari ini.

Kemudian pada akhirnya dia menerima sebuah kotak bekal dari Ibunya Zeeana yang baik hati. Mau tak mau dan dengan berat hati, tak enak sebab merepotkan, Virgo tidak ada pilihan lain, menerimanya.

Virgo lalu berangkat ke sekolah sendiri, dia tak sabar untuk apa yang akan terjadi kini.

"Lo bilang apa aja?" Virgo menghampiri Yuna di kelasnya begitu jam istirahat tiba, sedang bersama Sona, sepupunya, yang perempuan itu kemarin hanya memperhatikan kejadian tersebut dan diam-diam menelepon Virgo Junaya untuk segera datang ke sekolah.

"Lo bilang apa sama dia?" Karena Yuna yang di kursinya hanya diam dan bungkam seolah-olah membisu, Virgo mengulangi ucapannya yang mungkin kurang jelas dalam konteks apa. Suaranya pun lebih keras.

"Kak." Sona memperingatkan di sebelahnya, mendorong tubuh tinggi cowok itu untuk mundur. Yuna mungkin merasa terintimidasi kini, berpura-pura fokus dengan makanannya. Memangnya kemarin Zeeana tidak seperti itu?

Kemudian karena tak ingin pergi dan berdiri di sana lebih lama sampai Yuna membuka mulut sendiri, virgo memajukan tubuhnya. Yuna dengan keangkuhannya yang keesokan harinya adalah hari ini, masuk sekolah dengan tampang lurus dan datar. Virgo benci perempuan seperti itu.

"Berani-beraninya lo sama dia," gumamnya di samping telinga Yuna, membisikkan dengan penuh penekanan. Berharap itu dapat menggertak rasa bengah nan sombong Yuna. Segera meminta maaf pada Zeeananya.

"Kak Virgo udah."

Sona menarik tangan Virgo untuk keluar kelasnya namun tak akan berhasil, Virgo masih mengancam di hadapan bangku Yuna. Sona juga merasa ini memang salah dua-duanya. Bertiga sih. "Harusnya lo salahin ini sama Neo, Kak. Yuna itu perempuan," katanya, berusaha membela seorang teman.

"Emangnya Zeeana bukan?" Sona hening, dia mungkin kali ini tak dapat membiarkan Yuna aman.

Sona juga menyalahkan dirinya karena sudah mencurahkan hatinya ketika masa lalu itu terjadi pada Yuna. Tidak akan menduga Yuna mengungkapkannya di depan semua orang. Sona sudah bilang itu rahasia, semoga Yuna menjaganya namun sekarang tidak dapat dipercaya, dia hanya kecewa dan merasa sesal kepada Zeeana. Tapi kini masih menemani orang itu.

"Kalo lo belum tau, cowok lo itu macarin lo sama Zeeana. Gak sih. Si curut itu yang bahkan lebih dulu pacarin Zeeana, terus lo deh dengan dalih kasihan." Virgo membeberkan semuanya, dengan jujur dan menyudutkan perempuan itu. Merasa Zeeana juga diperlakukan seperti itu mungkin kemarin siang. Kalau Yuna bukan perempuan, seperti yang Sona ingatkan, mungkin Virgo tidak akan langsung pergi.

"Kak Virgo, keluar." Namun Sona tidak bisa membiarkannya lagi, seperti kemarin. Tanpa menggusur tangan cowok itu, Sona berteriak memerintah, memohon agar Yuna tidak diganggu dan dirinya di sini sekarang.

"Fuck."

Virgo hanya memberi sedikit Yuna guncangan yang harusnya perempuan itu tahu lebih awal, sebelum menemui Zeeana lagi dengan emosional kemarin. Menyalahkan semuanya pada Zeeana yang mungkin dia adalah teman berharga bagi orang lain, dan seseorang yang ingin dilindungi olehnya.

Virgo (End)Where stories live. Discover now