23. lavender

18 6 0
                                    

Green home. Zeeana berharap kelak Ibunya bisa membangun green home di belakang rumah mereka yang tidak ada seberapa dengan ini. Di rumah masa depannya sendiri kelak. Kini di rumah Tante Kalia, tantenya Virgo. Zeeana duduk bersama di green home yang dia impikan dengan berdebar-debar. Sembari mendengarkan kisah Virgo yang sebagian tak pernah cowok itu ceritakan padanya.

Zeeana bersyukur mendengarnya dari Tante Kalia. Beliau murah senyum, baik sekali dan ramah, bahkan sudah beberapa kali menawari Zeeana makanan yang lagi-lagi dibalas cuma senyum dari perempuan itu yang sungkan menerima atau mengambil langsung di depannya.

“Virgo punya adik perempuan. Jadi gak heran kalau dia bisa akrab sama Zira.”

Di luar green home, Virgo sedang asik bermain bersama Zira, putri Tante Kalia yang cantik nan ceria, sesekali terdengar suara nyaring tawa darinya yang tak habis-habis. Dengan lavender ungu di depan mata, Zeeana tidak puas berhenti kagum, dan bunga-bunga lainnya seperti tulip, melati. Jenis bunga mawar pun banyak di sana.

“Iya. Aku bahkan tau pinky promise itu dari dia. Pasti dari Zira.”

“Iya.”

“Udah aku tebak begitu, Tante.”

Zeeana dengan senyumnya tak henti-henti, tentang semua hal baru yang diketahuinya ketika berada di dekat cowok itu. Virgo berbeda adanya dengan di sekolah, seakan-akan rumor itu tidak pernah ada, hidupnya damai, dan itu impian Zeeana.

“Kayaknya kamu bukan sekedar temannya?”

“Aku temannya kok Tante.”

“Heran, kok hanya temannya dibawa ke sini. Virgo itu gak pernah terbuka, apalagi pas setelah Bundanya meninggal, dia pun baru ke sini lagi akhir-akhir ini loh. Jadi Tante rasa kalian ada sesuatu?”

“Enggak, Tante.”

“Oh mungkin Tante sendiri sih yang berharap begitu. Virgo baik kan?”

“Iya.”

Tante Kalia kemudian mengembangkan senyum lagi, mendengar respon Zeeana yang sepertinya pun merasakan hal yang sama, walau tak mengakuinya secara langsung sekarang.

Tante Kalia kembali meminum teh yang dia seduh sebelumnya untuk Zeeana dan dirinya. Selain baik, ramah dan murah senyum Tante Kalia pun masih anggun di usianya yang akan mengakhiri kepala tiga. Kemudian tawa riang dari anak kecil alias Zira berlari ke arahnya, ke dalam green home  menghambur memeluk sang bunda. Zeeana yang menyaksikan semakin mengembankan senyumnya gembira.

Virgo pun yang tak lama mengikuti ke sana, duduk di sebelah Zeeana, di depan bangku bundar mereka bersama-sama menikmati atmosfer yang mulai sore.

Lalu tiba-tiba, Virgo memberikan Zeeana buket lavender yang dirinya buat sendiri, dengan hiasan sederhana dan warna pitanya senada dengan lavender. Cantik. Zeeana memandanginya, berarti apa ini bunga ke enam, terakhir?

“Bunga terakhirnya?”

“Gak suka?”

“Suka.” Zeeana segera menyahuti ketika Virgo hendak menarik lagi bunga lavender yang sudah berada di tangannya, sebab mungkin Zeeana tak akan suka, padahal dia amat suka, setengah mati senang menerimanya. Apalagi kalau tahu dirangkai spesial limited edition olehnya hanya untuk Zeeana, dan Zira sih, anak kecil itu pun memegang buket lavender lain di tangannya.

Zira pun menatapnya, Zeeana segera memberi senyum, seolah-olah anak kecil itu tahu semuanya.

“Buna, aku mau mandi dulu, nanti main lagi sama Kak Ze dan Kak Igo.” Dengan suara gemas, semacam membisikkan suaranya kepada sang Bunda untuk ke dalam. Zira lantas segera menarik tangan Bundanya untuk masuk.

Virgo (End)Where stories live. Discover now