30. pantai

19 5 0
                                    

Mungkin setelah satu jam berlalu, mereka pergi ke pantai ancol, tanpa sempat memakan makanan berat, Zeeana pun tidak masalah dan mereka hanya membeli roti lalu ice cream lagi.

Setelah yang terjadi di restoran tadi, Virgo tidak banyak bertanya, kenapa, apa, dan mengapa, tiba-tiba? Zeeana untuk itu bernapas lega karena sedang tidak ingin memberi alasan klasik.

Menjelang waktu sore, mereka akhirnya memutuskan melihat sunset, tempat pelarian terbaik, sembari menikmati es krim cornetto rasa favourite masing-masing. Virgo identik dengan stroberi, dan Zeeana rasa cokelat.

"Makasih, Kak." Padahal itu harusnya diucapkan setelah Virgo membelikan es krim untuk mereka berdua, sambil mengembalikan uang yang perempuan itu simpan di atas bangku restoran sebelumnya untuk membayar tagihan keduanya, namun kini sudah ada pada tangan Zeeana lagi. Virgo menggantinya. Zeeana keberatan walau tak apa-apa kata Virgo, pada akhirnya.

Demikian itu sudah berlalu. Kini es krim mereka hampir habis, Zeeana pun sudah bilang rasa terima kasihnya berkali-kali, dan sekarang untuk kedua kali tanpa alasan.

"Makasih."

Virgo menoleh pada Zeeana, bahkan sunset lalu Zeeana, keduanya sama-sama indah. Tapi mungkin Virgo lebih tertarik pada makhluk cantik yang sedang duduk di sisinya, tiada dua, dia senang bisa bersamanya sekarang di sini.

"Apa?"

"Kenapa beli es krim lagi, Kak?" Virgo tahu, Zeeana sengaja mengalihkan percakapan dengan kemudian bertanya perkara es krim.

"Kan lo suka penghiburan dengan es krim, daripada bunga lagi."

"Gue suka keduanya kok."

"Yang ngasihnya?" tanya Virgo, meminta pendapat, ketika itu netra mereka beradu, Zeeana menangkap basah Virgo yang ternyata tengah memandanginya lekat, dalam, begitu meneliti saksama. Zeeana hanya tersenyum tipis padanya.

"Menurut lo?"

"Iya," katanya, dengan tingkat tinggi percaya diri. Kali ini cowok itu benar. Virgo baru mengalihkan pandangannya ke depan, pada pantai, lalu orang-orang yang asik berlalu-lalang, dan matahari yang mulai tenggelam.

Kemudian hening, Zeeana tak ingin membenarkan lagi, mereka sudah banyak pengesahan namun tak ada pernyataan, Zeeana juga perempuan yang ingin Virgo mengungkapkan perasaannya dengan benar-benar, dan Zeeana tidak ingin langsung diklaim pacar seseorang.

"Nangis aja kali, Ze."

"Apa Kak?"

Zeeana tidak bisa mengikuti arah pandang Virgo yang tetap lurus, dia segera kembali menatap cowok itu.

"Kalo lo mau nangis. Just cry. Apa salahnya?"

"Enggak kok."

"Lo selalu nahan diri demi orang lain, lo selalu ngasih tempat buat orang lain tapi diri lo kapan. Lo kapan biarin diri lo bahagia?"

"Kayaknya diri gue udah cukup bahagia, biarin orang lain."

"Lo gak bisa menafsir seperti itu, sebenarnya lo gak tau apa-apa."

"Iya sih, Kak."

"Jangan nahan nangis, Ze, lo udah jelek, tapi gue gapapa kok, masih suka."

"Gak usah jujur banget?"

"Iya, lo cantik." Virgo mengucapkannya lagi, Zeeana masih menahan tatapannya pada makhluk itu. Tenang dan damai. Bagaimana Virgo bisa seperti ini? Zeeana kadang bertanya-tanya, mereka sebenarnya saling suka tidak sih? Poker face Virgo memang tebal. Setebal muka tak tahu malu Neo Mamura Malika.

"Itu baru jujur banget," imbuh Virgo, dan memandang Zeeana, membiarkan kedua pasang netra itu bertemu. Saling mengutarakan lewat mata.

"By the way, lo kuliah lanjut di mana Kak?"

Virgo (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang