17. reminisensi

39 10 8
                                    

Deras Jeff Pravin, nama lengkapnya yang dia dengar dari sang Ibu, alias cowok kemarin malam yang menolak pernikahan mereka kelak namun kini pagi harinya pukul enam sudah berada di rumahnya, sedang berbincang seru bersama Ayah, Ibu, di ruang tengah sampai terdengar gelak tawa renyah. Zeeana menghela napas sebab melihat cowok itu.

Dia sudah memakai seragam lengkap, kebetulan kemarin Ayahnya Deras bilang kalau mereka satu sekolah, boleh besok berangkat bersama-sama. Mungkin karena itu Deras Jeff Pravin datang pagi-pagi buta begini.

Zeeana menatap mereka yang asik, dia lantas langsung keluar tanpa pamit pada Ibu dan Ayahnya, kesal, padahal tahu Ayah meliriknya tadi, namun Zeeana hanya diabaikan. Jadi, Zeeana langsung pergi berharap bisa menghindari Deras agar tak datang ke sekolah bersama-sama.

Tapi mustahil, berakhir Zeeana dan Deras berangkat bersama. Cowok itu menggunakan motor dan dengan sok perhatiannya memberikan hoodie pada Zeeana untuk menutupi paha, mau tak mau dia lantas menerima dengan sinis.

Selama di motor mereka tak bicara satu sama lain, mungkin karena cowok itu terpaksa, sampai di sekolah pun mereka langsung berpisah, layaknya tak kenal dan tidak mengenal satu sama lain.

"Zee." Zeeana kaget saat masuk ke dalam gerbang seseorang menghampirinya dari belakang, seperti dia baru tertangkap basah sudah berangkat bersama cowok asing lainnya.

"Kenapa?" tanya Virgo, sebab Zeeana begitu kaget. Itu adalah memang Virgo Junaya.

"Enggak."

"Pacar baru ya?"

"Hah?"

"Tadi yang bareng sama lo." Ternyata Virgo melihatnya yang datang bersama cowok itu, Deras Jeff Pravin. Bukan pacar barunya.

Zeeana menatap, kerutan di keningnya membuat Virgo bertanya-tanya lagi. "Emangnya kalo berangkat bareng harus dianggap pacar?"

"Enggak."

Lalu setelah itu Zeeana melangkahkan kaki lebih dulu, dihentak-hentakkan bahkan saking sebalnya dari pagi-pagi sekali, selain cowok itu, Virgo pun tak ada bedanya.

Virgo yang di sana tahu sudah salah bicara. Dia tetap mendekati Zeeana, dan mengikutinya sampai akan ke kelas.

"Jangan ikutin gue."

"Oke. Jalan lo makanya di stop dulu.” Virgo tetap mengikuti.

Sampai Zeeana berhenti pun dia ikut behenti, lalu atensi sepenuhnya Zeeana berikan pada Virgo, walau itu sinis namun Virgo cukup senang dan merengut senyum. Sekarang mereka berdua saling berhadapan, menunggu Virgo yang tampak ingin bicara lebih dahulu.

"Kok gak bales DM gue?" katanya.

"Lo cuma mau nanya itu?"

"Iya. Kenapa?"

"Lupa."

"Kapan bakal lo bales?"

"Nanti."

"Nanti itu kapan?"

"Sekarang lo berisik, Kak." Zeeana membalas, tapi masih tak ada ketusnya sama sekali, lebih ke memohon agar tak membahas itu lagi sekarang karena ingatannya akan kembali pada Sona.

Ternyata mereka berdua hanya sepupu, masuk akal sih. Daripada pasangan kekasih yang harusnya tahu, dan kalau Virgo beberapa kali bersamanya di perpustakaan tak akan dibiarkan begitu pasti. Maksudnya Neo.

"Sona gimana kabarnya?" tanya Zeeana mulai penasaran.

"Kenapa lo baru tanya kabar dia?"

"Gue telat banget?"

"Waktu kemarin di Cafe lo pura-pura gak lihat dia."

Zeeana diam. Virgo pun melihatnya di sana ternyata. Dia menghembuskan napas, berharap bisa menarik kembali ucapan yang sebelumnya, takut menyinggung Zeeana.

Virgo (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora