18. nasehat gerimis

46 10 10
                                    

Ternyata gerimis tak sampai lama membasahi Virgo dan Zeeana yang tengah pulang membuat tercegat, lalu terpaksa meneduh terlebih dahulu. Kalau tak akan lama turun gerimis mungkin mereka akan meneruskan, dan kalau sebelumnya gerimis lebih cepat turun saat mereka masih di Cafe You And I keduanya tak akan turut minggir di sisi warung kini.

Warung kopi kecil yang di dalamnya sedang tak ada pelanggan tinggal, hanya kumpulan para ibu dan bapak-bapak yang merumpi, membiarkan mereka berdua berteduh di sana. Virgo pandai basa-basi dan menyahuti seluruh pertanyaan dari ibu-ibu, kemudian mereka memberikan teh hangat serta kopi. Virgo berterimakasih untuk ituu dan membayar.

Tetapi, satu-dua orang merokok di sudut ruangan membuat Zeeana risih, dia menghembuskan napasnya tak tahan dengan asap rokok. Virgo yang duduk di sampingnya lebih menyerong pada Zeeana, menutupi pandangan sekumpulan orang itu, serta asap rokok yang asapnya berlari ke arah mereka. Namun, Virgo batasi dengan bahu lebarnya.

Zeeana dalam hatinya menyesal menerobos awan mendung yang berakhir gerimis disertai angin, mengharuskan mereka meneduh di warung kopi.

Virgo yang mengenakan kardigan grey dengan motif garis-garis putih di lengan dan sakunya segera dilepakan, dia berikan itu pada Zeeana, agar melindungi tubuhnya, terhindar angin sore yang menerpa kulit semakin dingin.

“Makasih.”

“Maaf ya,” kata Virgo.

“Apa?”

“Jadi gini.”

“Gapapa.”

“Minum dulu.” Virgo menggeser teh hangat yang dia pesan dari si ibu, untuk Zeeana, dia tidak tahu perempuan itu suka apa namun cuma memesan teh hangat akhirnya.

Zeeana menerima, lantas tersenyum agar Virgo tak terlalu mengkhawatirkannya, sudah merasa tak enak sebab hanya dirinya yang merasa hangat oleh kardigan yang bahkan milik cowok itu diberikan paeanya. Tatapan Virgo sungguh gelisah, hidungnya yang mulai merah bersin-bersin membuat Zeeana semakin sungkan.

“Alergi dingin?”

“Gak tau.”

“Kayaknya iya deh.” Zeeana menebak. Bagaimana Virgo tak tahu kondisinya sendiri? Zeeana tak tahan, akhirnya tangannya segera membawa tangan Virgo untuk saling mengenggam. Mungkin akan membuat saling hangat dan mengurangi flu, serta bersin-bersin. Virgo memang tertegun, mengendalikan air muka agar tenang dan tak berkutik saat Zeeana menarik tangannya, memang hangat.

“Ibu lo gak nanyain?” tanya Virgo.

“Apa?”

“Nanti liat pulang tiba-tiba basah kuyup gini.”

“Terus nanti Ayah lo emang gak nanyain?”

“Enggak.”

“Khawatirin diri sendiri Kak sebelum orang lain.”

Dengan tangannya yang lain Zeeana membawa kopi milik cowok itu ke depannya untuk di minum, mungkin akan membantu menghangatkan tubuhnya tapi Virgo menggelengkan kepala, seakan memahami maksud Zeeana di saat bahkan dia belum bilang sesuatu. “Minum Kak, hidung lo nanti makin berair.”

“Nanti.”

Sebenarnya karena Virgo enggan untuk melepaskan tangan mereka yang saling menggenggam. Nanti canggung. Dia sudah nyaman berada di sini dengan Zeeana, semakin berdebat-debar.

“Tadi Neo nelepon karena apa?” tanya Virgo.

“Nggak apa-apa kok.”

“Zee.”

“Kak, gue gak suka dipanggil Zee sama orang-orang.” Zeeana berusaha mengalihkan bahan percakapan agar tak tentang Neo (lagi) yang membuatnya semakin bingung dengan rasa yang tersisa.

Virgo (End)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu