Karma Mengabaikan Cogan

7.5K 636 19
                                    


Dinginnya kaca mobil membuat pipi Elise yang memanas betah menempel di sana, mirip cecak. Matanya menatap pinggiran jalan yang dilalui oleh mobil. Sudah begini tujuan awal Ethan jelas berubah, sekarang di balik kursi kemudi, dia tampak tengah berpikir, sesekali tanganya mengelus dagu. Dia sempat berbicara beberapa menit yang lalu, menanyakan mengapa Elise mengirim lagi makanannya ke restoran. Well, dua kali diajukan, si gadis berjaket merah pudar kedodoran tidak memberikan jawaban.

Dalam hati, Elise membuat sumpah, dia tidak akan berbicara sepatah kata pun dengan Ethan, semakin cepat mala mini berakhir semakin baik.

"Mau makan di mana?" pertanyaan akhirnya Ethan ajukan.
Elise menoleh sekilas pada Ethan, sorot matanya mengharapkan jawaban dan rasa tidak suka yang amat sangat kental.

Mata Elise berpaling ke luar jendela lagi. Sekitar satu meter dari  mobil mereka, ada warung kaki lima. Sontak tangan Elise menunjuk.

"Nggak ada tempat lain?"  Ethan sangsi.

Elise menggeleng, waktunya memberikan pria sombong, super angkuh dan mulut pedas ini pelajaran.

Begitu mobil menepi dan berhenti, segera Elise turun. Dia tidak menunggu Ethan, langsung masuk melihat daftar menu lalu memesan, ayam goreng bumbu kelapa, ditambah nasi  satu porsi untuk dirinya sendiri.

Tebakan Elise mengenai wajah Ethan benar adanya, makin jelas rasa tidak suka mengambil alih wajahnya.

Udah mesan?  Ethan menarik bangku di depan Elise.

Elise mengangguk satu kali, kemudian matanya mengamati kondisi warung, tidak begitu ramai, mungkin karena waktu makan malam masih tersisa belasan menit lagi.

Mata Ethan kembali meneliti menu di samping sang pemilik warung yang sibuk membuat pesanan.

Mbak, mie ayamnya satu, pesan Ethan.

Elise menyilangkan tangan di atas meja. Dia tidak membawa ponsel, jadi sekarang dia hanya bisa melakukan survei keliling, menyapu sudut demi sudut warung berdinding papan, dengan cat biru gelap termakan usia. Dia tidak pernah kemari sebelumnya.

Makasi buat lukisannya.

Elise mengangguk, matanya masih terus bergerak.

Sorry, udah ngerepotin dan keteledoran aku lupa ngasih kamu makan.

Anggukan lagi diberikan sebagai tanggapan.

Elise, aku tinggal ni lama-lama ya. Dikacangin terus, pada hal udah usaha minta maaf.

Elise mengangkat bahu.

Ya, Tuhan. Ethan menghela napas.

Pelayan warung mengantar menu makanan mereka berdua bersamaan. Uap hangat mengepul dari mangkok Ethan, secara sengaja dia meniup uapnya telak ke wajah Elise hingga kaca mata bulatnya menjadi buram.

Sabar, Elise! Sabar! Kepala memberikan peringatan. Perlahan dilepasnya kaca mata, lalu meraih tisu dan membersihkan sisa uap. Ethan makin putus asa tidak mendapatkan tanggapan. Mengabaikan tampang Ethan, dia memilih melihat telapak tangan sendiri, makan menggunakan sendok atau langsung menggunakan tangan saja.

Cuci tangan sana! Tuh keran air di samping pintu masuk!
Mata Elise mengikuti jari telunjuk Ethan. Yah, makan langsung menggunakan tangan jauh lebih baik.

Begitu tanganya benar-benar bersih Elise kembali duduk. Ethan belum mulai makan, dia hanya duduk memainkan ponsel. Melihat Elise kembali, dia baru mengambil sumpit dan sendok.

Makan, ucap Elise pelan, nyaris tidak terdengar.

Ethan hanya menaikkan alis kemudian tersenyum, tangannya yang sudah memegang sumpit terangkat mengetuk jidat Elise. Buku-buku jari yang terkepal, membentur jidat Elise, dia sampai meringis.

Love Back TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang