Hay Teman Lama

5.1K 489 7
                                    

“Perbanyak senyum dan nggak usah ngomong kalau nggak diajak!” Elise menuturkan aturan untuk dirinya sendiri di depan cermin. Dia merapikan lagi rambut bagian depan, sebelum menyambar tas dan keluar dari kamar. Dia menggunakan kemeja putih dengan pita di bagian depan, dipadukan dengan rok panjang hingga mata kaki berwarna hijau army juga sepatu putih.  Tak lupa dandan tipis, bb cream, bedak dan lipstik agar dia tidak terlihat seperti mayat hidup.

Letak SMA Elise lima belas menit memakai kendaraan. Dia sudah memesan ojek online, tinggal tunggu.

Sore kemarin, dia dan Jojo keluar diam-diam membeli ponsel baru, ponsel lamanya tersenggol dari meja, jatuh terbanting dan tidak menyala lagi. Pengeluaran minggu ini sudah melampaui batas normal.

Ibu dan Ayah Elise sedang duduk di depan tv, merendam kaki pada baskom hitam, rutinitas satu minggu sekali.

“Kalau tiap hari  tampil kaya gitu kan enak dilihatnya,” komentar sang Ibu.

Elise hanya tersenyum.

“Pasti udah punya anak pula,” tambah sang Ayah.

Elise hanya tertawa seperti orang kehilangan akal. Kalau dia menanggapi lebih panjang, bisa-bisa dia sampai di sekolah dalam keadaan muka mirip gunung berapi erupsi.

Ojek akan sampai lima menit lagi, meski  enggan keluar, Elise paling tidak bisa membatalkan janji pada Erik apa lagi akan bertemu dengan istrinya. Dia sudah tahu istri sahabatnya itu, adik kelas mereka.

Langit bersih tanpa setitik awan pun menggantung. Semilir angin membawa aroma embun menenangkan pikiran. Elise menoleh ke kiri dan kanan, melihat keliling. Matanya malah menangkap sosok yang tidak ingin dia lihat, Ethan dan Keysha. Cepat-cepat dia menurunkan kaca mata, hingga bayangan mereka menjadi gambaran tidak jelas.

Nathan keluar tidak lama kemudian. Dalam hati Elise berharap dia tidak akan menghampiri atau saling berbicara. Why I have to think about that? Who are you? Pikirnya.

Ojek pesanan akhirnya datang, Elise segera menyambar helm dan meminta pria paruh baya itu melaju cepat tanpa melewati batas kecepatan maksimal tentunya.

Elise sudah memastikan waktunya baik-baik agar tidak datang terlalu cepat atau malah terlambat. Tempat parkiran sudah terisi. Ada BMW kodok warna kuning di sana, jelas Erik sudah datang duluan. Sebuah mobil lain masuk ke area parkiran, Elise mencoba mengingat-ingat.

Sementara pikirannya memunculkan nama, sosok jangkung dengan rambut klimis, kaca mata hitam, kemeja putih dan luaran hitam necis keluar dari mobil. Segera Elise membuang muka, Kyle. Si play boy tukang tebar pesona. Anak-anak SMA yang kebetulan masih ada dilingkungan sekolah berteriak histeris menyambut kedatangan pria itu. parahnya, kaki Elise malah membatu. Kyle menatapnya sekilas lalu menaikkan alis bingung.

“Hay, Kyle,” sapa Elise mencoba memperbaiki keadaan.

“Hay!” balasnya sambil berlalu.

Kaki Elise bergerak cepat menuju aula. Dia pernah terpesona pada sosok itu, sebelum mengetahui betapa menyebalkannya dia dalam masalah wanita, kalau urusan lain dia baik-baik saja. Lihat reaksinya barusan, dia masih sama.

Tiba di Aula, setelah mencari-cari sebentar, Elise menemukan sosok Erik. Tinggi pas-pasan, berkaca mata, kemeja biru ditemani oleh wanita berpakaian senada. Kaki Elise makin cepat, menghampiri.

“Erik!” Sapanya riang.

“Celistia!” Erik membuka tangannya lebar, siap untuk sebuah pelukan.

“Udah punya istri juga!” tepis Elise.

Istri Erik tertawa. “Nggak apa-apa, kok Ka El.”

“Tuh kan, kangen banget sini-sini!”

Love Back TAMATWhere stories live. Discover now