Pudarnya Angan

5K 458 3
                                    

Rumah, akhirnya Elise bisa pulang dalam keadaan tenang sekaligus berbangga hati, dia menemukan sebidang tanah di tepi pantai, tidak begitu luas dan akan dijual bulan depan jika surat-suratnya sudah lengkap. Harganya kurang lima juta saja dari tabungan Elise.

Sayang, ketika kembali dan menangkap rumah tetangganya suasana hatinya berubah total.

Jarang sekali Elise menggambar kalau bukan waktunya menggambar, dia sudah membuat jadwalnya tersendiri dalam satu minggu, hanya kamis dan minggu petang. Buka apa-apa, dia hanya ingin menghemat semua peralatan yang dia miliki. Sekarang di dalam kamar luas penuh peralatan, di bawah jendela lembaran hvs bertebaran. Isinya hampir sama, sosok Ethan saat dia berubah rupa.

Keputusan bulat sudah dibuat, dia akan menemui dan berbicara dengan Ethan dengan gayanya sendiri, kembali bermulut lancang, mengenyahkan kalimat tajam sang tetangga dari kepala. Namun, sampai detik ini, kakinya enggan bergerak, masih nyaman duduk di lantai menempelkan pipi di tembok.

Kepulangannya disambut ramah dan omelan panjang dari sang mama. Wanita itu tidak benar-benar marah, lantaran Nenek Elise juga semasa mudanya sering melakukan hal serupa.

Pintu kamar diketuk buru-buru. Empat pasang tangan menggedor pintu kamarnya dari luar.

“El, buruan buka pintu. Ini kabar genting!” panggil Ayah Elise.

Tergesa-gesa, Elise merapikan kertas dan mendorongnya ke dalam kolong tempat tidur.

“Apa sih?” Elise terperangah melihat Ester, Jojo, dan kedua orang tuanya masing-masing mengangkat layar ponsel menunjukkan berita media Online berbeda dengan tajuk sama.

“Selingkuhan Andreas Pramono.” Di bagian bawah judul ada foto HD wajahnya dan Ayah Kayle di pantai, tertawa. Dia ingat itu, mereka menertawakan kali pertama Andreas mengunyah permen karet dan menangis saat rasanya hilang, pada hal dia berharap bisa menyimpannya untuk dikunyah selama satu minggu. It was not a joke, Elise memaksakan diri tertawa.

“Terus kalian percaya?” Elise tidak terlalu terguncang atau tersentil sama sekali. Dia tidak melakukan hal itu sama sekali.

“Kamu nggak malu sama sekali?” tanya ayahnya. “Ini seluruh Indonesia tahu, El.”

“Heh!” Elise menyadarkan diri di pintu. “Kalau seluruh planet di antariksa tahu baru, aku bangga.”

“Seret! Ruangan keluarga sekarang!” Ayah Elise menggerakkan dagu.

Wajah itu bukan pertanda baik. Sepertinya dia akan di sidang.

“Siap Komandan!” Jojo dan Ester memberi hormat lalu masing-masing menarik tangan Elise.

“Kamu yakin nggak malu dituduh sebagai selingkuhan Bapak-bapak?”

Pertanyaan Ayah Elise mengocok perut. Namun, seisi ruangan menggigit bibir menahan ledakan tawa. Meski sudah paruh baya, Ayah Elise tetap tegap dan berwajah tegas, jadi mendengar pertanyaan itu malah menggelitik.

“Kalau nggak benar ya kenapa aku harus malu.”

“Jadi, apa yang bakalan kamu lakuin untuk menghadapi kenyataan?”

“Dua hal, pertama berubah jadi Ultramen, kedua … menikah.”

“Emang punya calon?” sinis Ibu Elise. “Siapa cowo yang naksir sama kamu, sini bawa pulang!”

“Adaaaa!” Elise menyambar ponsel dari tangan Jojo. Pura-pura mengetik sebentar.

“Hallo, Herro Tiffin, My love,” ucap Elise lebay.

“Ini isu serius, Kak El. Ada pernyataan dari Anak Pak Andreas sendiri,” kata Ester.

“Kayle?” Percikan kejut akhirnya bisa menjetik Elise. “But how and why?”

Love Back TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang