Tinggal

5.4K 475 9
                                    

Elise takluk pada virus RNA setelah aksi luar biasanya berjalan di bawah hujan. Sekarang seluruh kamarnya dibaui minyak kayuh putih dan balsem. Saat dia tidur pun dia memeluk balsem, seperti sejoli tidak terpisahkan.

Ibu Elise memenjarakannya di dalam kamar agar tidak menulari Jojo dan Ester yang sedang menghadapi ujian mid semester dan juga agar anak gadisnya itu tidak berjalan sembarangan lagi. Not a big problem, dia memang tidak memiliki rencana untuk keluar lagi. Urusannya dengan dunia luar sudah berakhir, waktunya kembali menjadi anak kamar.

Pukul tiga, perutnya keroncongan. Saat makan siang, dia tidak memiliki nafsu makan sama sekali. Maklum indra pengecapnya mati rasa. Saat tengah flu begini, makan paling manjur adalah mie soto kuah pedas. Elise menyambar masker dan berteriak memastikan Jojo dan Ester berada di dalam kamar.

Mie soto ada di kamarnya, dia memeluk bungkusan mie di bawa ke bawah.

“Nanti malam kan jam tujuh,” sayup-sayup, Elise mendengar obrolan dari ruangan bawah. Dia penasaran, mempercepat kaki menuruni anak tangga.

Antusias tadi mendadak menguap. Ethan ada di sana, berbicara dengan orang tuanya.

Kaki bergerak, memutar arah, baiknya kembali ke kamar saja.

“El,” panggil Ethan.

Elise mengangkat kedua tangan saling silang di atas kepala dan menutup telinga, mempercepat laju kaki kembali ke kamar.

“Elise!” cegat sang ayah.

“Elise lupa sesuatu di kamar!” balasnya tanpa menoleh. Dia masih kecewa saja dengan sikap Ethan kemarin.

“Napa?” Jojo baru keluar kamar, dia menatap Elise bingung.

“Jo, kamu anak baikkan? Masakin mienya dong!” Elise memelas pada sepupunya.

“Iya, tapi bagi dua!”

“Jojo! Nggak ada mie selama ujian!” teriak Ibu Elise dari bawah.

“Iya, Mama!” balas Jojo dengan bibir mengerucut.

“Masakin!” Elise menyodorkan bungkusan mienya.

Jojo malah menarik napas. “Sepuluh ribu!”

“Nggak bisa nawar?”

“Lima belas.”

“Ok. Du apuluh, tapi masukin pake telur sama sama sosis!”

“Nggak lagi ngidamkan, El?” kali ini sang Ayah yang bersuara.

Ribetnya keluarga ini, batin Elise.

*-*

Deo pulang kerja setengah enam sore sengaja menyapa. Elise duduk tenang di depan komputer menonton film Me Be Fore You. Film yang diangkat dari buku Jojo Moyes itu tidak pernah membuatnya bosan.

“Apa?” Tingkat kecurigaan Elise meningkat, tidak biasanya Deo pulang dan menyambangi pintu kamarnya. Biasanya langsung ke kamar sendiri dan mandi terus cuci pakaian. Yah, dia manusia paling klimis di rumah ini.

“Pause dulu filmnya!” Deo menggerakkan mata ke layar monitor.

Elise menurut, dia memeluk lutut di atas kursi. Matanya membaca setiap gerakan tangan Deo.

Deo menggeser layar gawainya sesaat. Dia menghubungi seseorang.

“Yo, De!” sahutan dari seberang.

“Sorry, tadi aku lagi di jalan waktu kamu nelpon. Ada apa?”

“De, ajak Elise buat ikut acara nanti malam dong, please!”

Love Back TAMATWhere stories live. Discover now