Mungkin kah

4.7K 409 2
                                    


Tadi aku ngomong apa, ya Tuhan? Kepala Elise mengingatkan kembali kalimat balasan pada Karin. Bagaimana jika Ethan mendengarkannya? Mereka hanya berbaikan, memperbaiki retakan dalam hubungan mereka sebagai teman lama dan tetangga, bukan hubungan lain.
Apa karena aku udah lama sendiri makanya dapat perhatian begini aku jadi over react? Jangan sampai masa lalu kembali terjadi, Elise jangan.

“Kak El, makanannya.” Gadis pelayan resto mengantarkan makanan.

Elise tersenyum, mengucap terima kasih. Dia baru mulai menyumpit tempura udang di atas udon saat gadis itu menjauh.

Tangan Elise menyumpit makanan lagi, lebih pelan, menahannya sedikit membiarkan angin mendinginkan.

“Makan jangan bengong tahu, entar malah dimakan setan.” Ethan kembali.

“Ini restoran jepang kan?” mata Elise tertuju pada piring makanan Ethan, isisnya spageti.

“Serah aku dong mau makan apa. Sukro!” Ethan menjentik hidung Elise, sembari tersenyum.

Tubuh Elise sontak tersentak ke belakang. Dia mendesis kembali menyuapkan makanan sedangkan Ethan mulai memutar garpu pada makanannya.

Mata Elise melihat keliling, pelanggan mulai berdatangan. “Siapa yang masak?”

“Kepo!”

“Ini benaran, Kak Ethaaaan! Lihat deh, mulai ramai.”

Ethan menoleh, lalu berbalik kembali. “Nggak peduli!”

“Hiaa!”

“Ada asisten di dapur. Chefnya bukan hanya aku kali. Lagian, aku pengen makan bareng kamu, kaya di warung itu.” Ethan memberikan kedipan.

Kedipan itu seperti panah  ke dada Elise. Di dalamnya, rasa yang sudah lama mati mulai berkecambah. Ini tidak boleh terjadi, tidak boleh. Dia menunduk menghindari wajah tampan di depannya.

“El, kok diam aja. Lagi ada masalah? Cerita dong!” bujuk Ethan manis.

“Nggak ada.”

“Dari nada bicara kamu, aku tahu ada. Masalah lagi sama Deo? Rebutan es krim?”

Satu-satunya masalah sekarang adalah kamu, batin Elise. lebih baik dia abaikan saja, atau memikirkan topik pembicaraan lain.

“Nathan sama Karin.”

Elise tersentak. “How do you know?”

“Kamu nggak tahu sih, selama ini aku bisa nimbus pikiran orang.”

“Yee, becanda mulu!”

“Nathan kayanya masih sayang sama kamu. Buktinya dia mau mutusin Karin, setelah mereka pacaran hampir sepuluh tahun dan berencana tunangan.”

“What?” Elise yakin salah mendengar, sumpit lepas dari tangan. Bersamaan kedua telapak terangkat menampar pipi. Ini pasti mimpi.

“El!” Ethan mengulurkan tangan, membelai pipinya. “Kamu kenapa sekaget itu?”

“Nathan masih sayang sama aku, kata Kak Ethan. No! He never … mengusik kenangan yang udah lelap aja dia nggak mau, apa lagi masih ….”

“Kalau kamu sendiri gimana? Masih sayang nggak sama Nathan?”

Suara Ethan tenang. Elise jadi kesulitan memahami  apa pertanyaan itu berarti sesuatu atau hanya sekedar bahan pembicaraan.

“Mikir lama berarti iya. Kamu kan biasanya spontan.”

“Nggak ada. Udah punah bersama dinosaurus. Aku sama Nathan itu ada di zaman purba, sekarang dan jadi fosil dan sejarah.” Elise menatap Ethan, menunggu tanggapan. Pria itu malah menduduk meneliti piringnya.

Love Back TAMATWhere stories live. Discover now