Tolong Berhenti

5.1K 413 8
                                    

Beberapa menit sebelum terlelap di tempat tidur, kepala selalu saja dengan sengaja menyentil memori lampau. Mati-matian Elise mengenyahkan hal-hal mengenai Ethan dan Nathan dari kepalanya Ia berusaha menyibukkan kepala dengan hal lain. Namun, saat mengayalkan rumah di tepi pantai, kepala menjadi pisau lancip menusuk dalam sekali.

Kantuk tak kunjung membebani mata. Elise mengacak-acak rambutnya sendiri, lalu meraih ponsel di atas nakas biru gelap di sisi tempat tidur. Pukul dua puluh dua lewat tiga belas menit. Pada hal, dia harus bangun pagi besok.

Elise mematikan layar ponsel, meletakkannya ke tempat semula lalu membalik bantal, berharap bisa segera jatuh terlelap. Kepalanya  mulai melukis gambaran domba melompat melewati pagar tinggi. Hitungan sudah mencapai angka seratus, bayangan mereka mulai pudar, kantuk mulai menggoda, sebelum dia kehilangan kesadaran, ponselnya berdering nyaring. Ia tersentak kaget.

“Ya,” ucap Elise sembari mendekatkan ponsel ke telinga. Dia tidak berusaha menebak dengan siapa dia berbicara sekarang. Biasanya hanya Flo atau bagian dari penerbit.

“Udah tidur?” Tanya Ethan dari seberang.

“Hampir. Kenapa?”

“Kenapa dari tadi telepon aku nggak diangkat? Pada hal, aku pengen banget ngomong.”

“Sibuk.”

“Tangan kamu masih sakit?”

“Masih.”

“Tunggu, ada masalah lagi sama aku, El?”

“Masalah apa?” Elise balik bertanya. Dia dalam fase setengah sadar sekarang, suara Ethan lembut mengalun layaknya lagu pengantar tidur.

“Kamu jawabnya cuman satu kata, artinya ada yang nggak beres. El. Ayo cerita. Jangan bikin aku susah tidur.”

Bagi Elise, Ethan seperti memancing di kolam kosong, mirip kepalanya sekarang. “Kak Ethan, aku ngantuk. Kita bicara besok aja ya!”

“Wait!” Ada pemaksaan sedikit dalam suara Ethan.

“Yah, apa?” suara Elise makin lemah.

“Kamu nggak permasalin aku sama Keysha tadi siang kan?”

Kantuk mendadak hilang dalam satu jentikkan. “Ngapain. Urusan situ. Pendapat aku tentang itu emang penting? Emang aku siapa?” napas Elise menggebu, pipinya mendadak memanas. Ah, sial mendadak dia kehilangan kontrol pada mulutnya sekali lagi. “Sorry, ucapnya cepat sebelum Ethan memikirkan kalimatnya barusan.

“Kamu pasti ngantuk banget sekarang?”

“Dah hilang.”

“Good night, El!”

Panggilan dimatikan. Elise menarik napas sembari menepuk jidatnya sendiri dengan telapak tangan. Jangan El, jangan sampai terbuai dengan tindak tanduk manisnya lagi, kamu bukan apa-apa selain tetangga.

Keheningan malam mencekam. Ribuan detik berlalu tanpa terasa kantuk akan menyerang. Ethan sudah mengacaukan malam Elise. Akibatnya, dia bangun tepat jam tujuh pagi, waktu yang dia janjikan untuk bertemu dengan Daniel.

Panik, Elise membenci situasi ini. Beberapa saat pikirannya kacau. Ia mengambil ponsel lalu menghubungi Daniel. panggilan pertama tidak mendapat respons, dan kemudian panggilan kedua. Elise bolak-balik di depan tempat tidur sembari menggigit ibu jari tangan kiri.

“Kak El?” suara Daniel membuat Elise lega.

“Soryy, kayanya kita nggak jadi ketemu pagi, aku bangun kesiangan. Kamu bisa jadwal ulang aja gimana?”

Love Back TAMATUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum