Rencana

3K 181 1
                                    

Fiks, kalo part ini rame janji deh, besok bakal Up lagi 😃
Ramein Votementnya
Happy reading 😘

Sudah beberapa hari ini Abi sibuk mengurusi Coffee Shopnya. Apa lagi ia harus meninjau setiap cabangnya. Ya, walaupun di setiap cabang sudah ada penanggung jawabnya. Tetap saja Abi harus meninjaunya,paling engga sebulan sekali.
Untuk sekarang ini Abi sibuk mengurus grand opening cabang Surabaya.

Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, sekarang ini masih tahap perenovasian tempat. Abi juga harus turun tangan untuk mendesain interirornya, ya walaupun setiap cabang sama menggunakan konsep vintage. Namun, desain nya berbeda.

“mmm.. kayaknya disini jangan di taruh sofa deh. Kaya ngga cocok, aku pikir disini malah mau di kasih meja bar. Biar lebih nyantai aja pas ngopi. Kalo sofa, kayaknya taruh di tengah ruangan.” Ujar Abi merevisi tata letak meja mejanya.

“ya, kalo mau kaya gitu bisa dirubah. Berarti disini masih dinding kaca, trus di kasih meja bar ya?” jelas sang arsitek menambahi gambar di desainnya.

“ya gitu aja. Terus nanti di lantai 2 di kasih indoor sama outdoor kalo bisa. Soalnya kan luas tuh.”

“oke bisa. Gampang lah”

“jadi nya kapan kira kira? Soalnya tanggal 4 Januari kan mau grand opening.”

“tanggal 4, berarti sebulan lagi ya? bisa lah. Gampang”

Drrttt drrttt

Hallo, ma. Assalamualikum

"..."

Kenapa ma? Abi masih ngurus kerjaan

"..."

Iya, yaudah. Abi pulang sekarang

"..."

Walaikumsalam

.

.
.

19.20 WIB

Syifa asyik menonton drama korea favoritnya, sambil di temani sejumlah cemilan dan minuman. Ia terlihat senang melihat pemeran laki laki yang membuat ia terpesona.

“oh my god, gila. Bebeb gue ganteng amat sih. Kalo ketemu dia, gue karungin terus kekepin dirumah.” Celoteh Syifa menghalu ria, tiada tara.

Tok tok

“sayang, Papa masuk ya?” sapa Bram di balik pintu meminta persetujuan sang anak.

“iya pa, masuk aja. Gapapa.”

“ngedrakor lagi” celetuk Bram yang sudah hafal dengan kegiatan sang anak.

Syifa memamerkan deretan giginya. “tau aja si pa” tangan Syifa bergerak ke mouse untuk mematikan filmnya.

“kuliahnya gimana? Ada kendala ngga?”

“belum ada sih. Eh, ada deh. Belum dapet tempat magang” ucapnya dengan nada pasrah.

“lagian kamu disuruh magang di kantor papa gamau.”

“ya gimana ya pa, Syifa pengen usaha sendiri aja. Ntar kalo aku masuk kesana gara gara papa, rekan rekan papa pada ngehujat Syifa. Masuk pake jalur orang dalam. Ga ah, Syifa ngga mau.” Jelas Syifa yang bergidik ngeri ketika membayangkan hujatan yang datang.

“engga segitu nya juga nak. Pikiran kamu udah ngawur aja.”

Bram membelai kepala Syifa dengan lembut, Syifa sudah hafal dengan gelagat sang papa jika seperti ini.

“papa, mau ngomong apa?”

“tau aja kamu nak.” Sahut Bram terkekeh, kemudian ia menyerahkan selembar kertas.
Syifa terlihat kebingungan, ia mengambil kertas tersebut dan membukanya. Ternyata sebuah tulisan, tulisan yang sangat amat di kenali oleh Syifa. Tulisan Alm. Mama nya.

Ia membaca dengan haru, ucapan permintaan maaf dari sang mama. Hampir saja Syifa menitikkan air mata, seketika tidak jadi. Ketika ia membaca paragraf selanjutnya, yang berisii tentang ia harus mau di jodohkan dengan anak teman mama nya.

Syifa terkejut bukan main. Bagaimana bisa dijaman yang modern seperti ini masih ada jodoh jodohan. Apa lagi ia baru saja memasuki usia 20 tahun, kuliah pun masih di semester 5. Ia harus memikirkan skripsi, terus kalau ia menikah? Otaknya apa bisa menampung antara memikirkan skripsi dan pernikahannya?

“pa, maksudnya gimana? Syifa kan masih kuliah, Syifa masih pengen bahagiain papa juga.” Rengeknya manja.

“ini amanah dari mama kamu nak. Kamu harus bisa memenuhinya, di surat tersebut tertulis ketika kamu berusia 20 tahun dan sekarang waktunya nak.”

“tapi pa..”

“kamu mau lihat mama disana sedih? Mama lakuin semua ini pasti sudah di pikirkan matang matang, mama tidak salah langkah nak. Papa juga mengenal teman mama, mereka sangat baik. Dan pasti anaknya mempunyai akhlak yang baik pula. Percaya sama papa.” Jelas Bram meyakinkan sang anak. Syifa menghembuskan nafas kasar.
.
.
.
Kediaman Abi

Suara celotehan Rafa terdengar ketika Abi sampai di teras rumah. Ia segera masuk untuk menemui Rora, sang mama.

“eh ada ponakan ganteng om Abi.”celetuk Abi yang mendekat ke arah Rafa.

“heh, bersih bersih dulu sana. Bawa kuman, kasihan anak aku bang” sarkas Resty menghadang Abi yang ingin mendekat. Abi jengkel menatap sang kembaran.

“pelit amat, Cuma mau nyium juga.”

“dibilangin, kalo abis keluar rumah bersih bersih dulu baru bisa pegang Rafa. Makanya punya anak, biar ngerti adab nya.”

“lah apa hubungannya.” Gumam Abi pelan.
Abi pun bergegas membersihkan diri , kemudian mengahampiri sang mama yang sudah menunggu di ruang keluarga.

“ma.”sapa Abi singkat.

“duduk Bi” ucap Rora datar.

muka emak gue serius amat, apa gue mau disidang?’

“mama mau ngomong serius sama kamu. Dan kamu jangan potong pembicaraan mama sebelum selesai.”

Abi mengernyitkan keningnya bingung, namun akhirnya ia mengangguk.

“mama punya temen, temen dari SMP tepatnya. Dulu mama akrab banget sama dia, tapi karna dia pindah pas SMA jadi jarang ketemu. Terus kebetulan, kita ketemu lagi pas kamu masih SMP. Ternyata dia salah 1 donatur di SMP kamu. Yaudah deh. Kita ngobrol ngobrol. Terus dia bilang, dia punya anak perempuan satu satunya. Karena memang anak tunggal. Masih SD waktu itu. Temen mama bilang, kalo suatu hari pas kalian udah sama sama dewasa, kalian mau di jodohin....”

Abi melotot tajam, ingin menyanggah ucapan sang mama. Tapi sudah di pelototi duluan sama Rora.

“mama sih gapapa kalo mau dijodohin, mama iyain lah waktu itu. Terus pas kamu SMA kelas 3, mama dapet kabar kalo temen mama meninggal karena kanker. Dan nitipin surat buat mama, bisa dibilang kaya surat wasiat. Yang isinya, perjodohan tentang kalian berdua.”

“ma tap..”

“kamu udah dewasa, Bi. Mama tau itu, mama tau kamu sudah siap berumah tangga. Kamu udah mapan, bisnis alhamdulilah lancar, usia juga sudah pas buat nikah. Jadi mama mohon nak, terima ya perjodohan ini?”

“ma, Abi..”

“ kamu ngga perlu ragu sama calon kamu. Mama jamin, dia wanita yang baik buat kamu. Mama sudah beberapa kali bertemu dia. Pasti cocok kalo sama kamu. Demi mama dan teman mama, Bi. Tolong ya?”

Abi bingung, menikah bukan perkara mudah. Baginya, menikah hanya sekali seumur hidup. Dan ia harus bisa mencari pasangan yang pas untuk dirinya. Tapi ini? ia dipilihkan dan ia tak tau bagaimana wujud serta sifat calonnya.

AbimanyuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ