Adik?

1.5K 84 5
                                    

Jangan lupa votement
Happy reading 😉
.
.
.
.
.
.
.

Rumah, 14.30 WIB 

Seperti biasa rutinitas Syifa setelah dari kampus, menyempat kan waktunya untuk membersihkan area rumahnya. Menata barang barang yang tak di tempatnya, menyapu hingga mencuci piring. Tak terasa pekerjaannya kali ini cepat selesai. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 04.30, ia bergegas untuk membersihkan diri dan segera memesan makanan via online.

Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, makanan pesanan Syifa sudah berada di tangannya. Ia menaruh nya di mangkuk yang telah ia siapkan. Terdengar pintu rumah yang dibuka, pasti Abi pikirnya. Dan tak lama kemudian suara Abi menggelegar di area dapur.

“ eh, kamu udah pesen makan? Padahal aku bawa makanan” kata Abi yang menenteng 1 bungkus makanan dengan gambar chicken yang terkenal.

“lo ngomong apa?” tanya Syifa .

“makanan, ini” jawab Abi yang menunjukkan bungkusan plastik.

“engga, bukan itu. sebutan ‘aku – kamu ? kesambet apa gimana?”

“oh itu. mulai sekarang ubah gaya bicaranya. Oke?”

“kenapa?’

“duduk dulu deh” ajak Abi sambil mendudukkan dirinya di kursi seberang Syifa.

“ aku mau bicara serius soal hubungan kita. Aku belum bisa ambil keputusan buat saat ini, aku masih cinta sama Luna tapi aku juga ngga bisa pisah dari kamu.” Penjelasan Abi terpotong karena Syifa menyela.

“ ya ngga bisa gitu dong. Lo jangan egois”

“ maksudnya, kita jalanin dulu aja. Kehidupan kita yang udah menikah, tapi kita masih bisa masing masing. Kamu masih bisa jalan sama pacar kamu, aku pun begitu. Kalau semisal kita berdua udah menemukan pasangan masing dan udah ngerasa cocok. Kita bisa pisah.”

“ha? Omong kosong apa lagi ini Bi. Lo ngga bisa permainin pernikahan ini, kalo lo mau pisah ya pisah aja. Jangan berbelit belit gini. Gue bakal terima kalo kita pisah.” Ucap Syifa dengan nada tinggi. Baru kali ini marah yang benar benar marah. Ia tidak menyangka jika Abi mempunyai pemikiran sempit seperti ini.

Syifa beranjak dari kursinya dan berlari kearah kamar nya. Mengunci diri dari jangkauan Abi. Abi terdiam, ia masih mencerna apa yang barusan terjadi.

2 hari kemudian , hubungan Syifa dan Abi masih dingin. Tinggal di satu atap tapi bagai orang asing satu sama lain. Berpapasan tak saling tegur sapa, jangankan tegur sapa melirik pun tidak. Abi yang masih berusaha untuk mengembalikan keadaan.

Sekarang ini ia sudah menunggu Syifa di parkiran. Ia sengaja menjemput tanpa memberitahu Syifa terlebih dahulu. Sudah hampir 15 menit Abi menunggu, ia menyipitkan matanya ketika menyadari Syifa berjalan keluar koridor.  Abi sontak membuka pintu mobil dan menghampirinya.

“Syif.” Sapa Abi dengan cengiran khas nya yang menunjukkan gigi kelinci yang membuatnya menjadi lucu.

“ngapain?”

“jemput kamu. Ayo”

“engga gue pulang sendiri”

“ sekalian. Kan searah. Ayo” sentak Abi yang mulai gemas dengan tingkah Syifa yang judes, menarik lembut tangan Syifa, walau Syifa terus saja memberontak.
.
.
.
.

Rumah , 11.30 WIB

Syifa berjalan mendahului Abi. Membuka pintu kamar dan menutupnya kasar. Ia melampiaskan kekesalannya pada pintu yang tidak tau apa apa. Abi mengelus dada kaget.

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang