Rameinvotementnya dong 😘 Happy Reading Kepoinraran di IG yuk @heirannnnnn
Kalian tau? Tepat seminggu setelah di beritahukan jika ia di jodohkan, kemudian di hari ini mereka bertunangan. Tidak ada pertemuan sebelum acara dan sebagainya.
Abi bingung, model perjodohan macam apa ini. setidaknya, di beri waktu untuk mengenal calonnya. Tapi sang mama tidak. Langsung action, takut Abi kabur katanya. Abi dan keluarga sudah berada di sebuah rumah yang bisa dibilang mewah berlantai 2. Dihiasi dengan bunga dan kain kain yang menambah kesan acara pertunangannya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Abi menoleh ke kanan kiri untuk mencari siapa calonnya ini. namun nihil, ia tidak menemukan. Karena Rora memberitahukan, kalo calonnya masih di kamar.
Acara berjalan dengan lancar, sampai akhirnya menuju acara inti. Tukar cincin kedua calon. Baru akhirnya sang perempuan keluar dari kamar. Berdiri di samping MC. Menundukkan kepala malu. Abi, ia mengamati perempuan yang memakai kebaya army di depannya. Ketika, perempuan tersebut mengangkat kepala, Abi seperti pernah melihat.
‘kaya pernah liat, tapi dimana ya?’
“silahkan waktunya tukar cincin. Mas Abi dan mbak Syifa bisa kemari.” Ucap sang MC mempersilahkan kedua orang tersebut untuk maju. Yap, perempuan tersebut adalah Syifa. Asyifa Yudistya.
Syifa gugup luar biasa, sedari tadi ia tak berani menatap para tamu. Ketika laki laki berdiri disampingnya, dan sang MC menyuruh untuk bertukar cincin barulah ia menatap calonnya.
Deg
‘ini, bukannya mas mas di caffeitu? Iyabeneranji, jadicalonguedia?’ batin Syifa tidak terima.
Sedangkan Abi, ia belum menyadari jika itu adalah Syifa.
Syifa memasang wajah datarnya. Ia mengambil cincin yang sudah di sodorkan Rora, Syifa memasangkan cincin ke jari Abi. Namun ketika Abi memasangkan cincin ke jari Syifa.
‘koknggakmasukmasukinicincin? Mama gimanasihini’ batin Abi menggerutu. Ia malu kalo sudah seperti ini.
“ya, gue ngga tau. Yang beliin mama gue. gue terima beres”
“malu maluin banget” jawab Syifa sambil menarik tangannya.
Keluarga yang hadir menatap aneh ke arah mereka. Namun mereka mengalihkan perhatian dengan memasang senyum palsunya. Mereka berdua menjalani sesi foto bersama keluarga. Setelah 40 menit berjalan, acara pertunangan selesai.
“ma, cincinnya ngga muat tadi. Belinya gimana sih? Malu maluin deh ma” celetuk Abi dongkol. Apa lagi di sesi foto tadi, calonnya menunjukkan cincin yang hanya terpasang setengah di jarinya.
“gue ngerasa pernah liat muka lo. Tapi dimana ya?”
“lah udah pikun. Minggu lalu, di Manyu Coffee. Lo numpahin minuman gue.” Abi terdiam sejenak sebelum ia terkejut.
“oiya gue inget. Jadi gue di jodohin sama cewek rese kaya lo? Tau gitu gue nolak tadi. Amit amit, salah apa emak gue sampai harus punya mantu kaya lo”
“sembarangan aja lo. Gue yang harusnya amit amit.dapet cowok songong kaya lo. Mana ngga ada tanggung jawabnya sama sekali, udah numpahin bukannya minta maaf kek apa gantiin kek. Eh malah ikut ngomel.”
“yang salah tuh elo, kenapa jadi nyalahin gue. yang harusnya kesel kan gue.”
“kan yang nabrak elo, gimana deh” Abi menghela nafas pelan, ia jangan terpancing berdebat dengan bocah kecil macam Syifa.
“yaudah ngga usah dibahas, ngga ada habisnya. Sekarang gue tanya, mau lo gimana sama hubungan kita?” tanya Abi serius.
“hubungan mana yang di maksud?”sahut Syifa malas.
“lo serius dulu kek. Ngajak ribut mulu. Ini gimana tentang perjodohan, mau tetep di lanjut?”
Syifa merenung sejenak, sambil menatap ke langit yang di penuhi bintang bintang. Membuat suasana malam menjadi indah.
“jujur, gue belum siap buat married. Gue masih kuliah kalo lo mau tau, masih semester 5. Gue anak tunggal, kalo gue married yang ngurusin papa siapa? Tapi, gue juga ngga bisa nolak permintaan Alm. Mama gue, itu permintaan terakhir beliau. ” Jelas Syifa dengan serius.
Abi menghela nafas. “gue juga punya prinsip, nikah sekali seumur hidup. Dan kalo gue nikah sama lo, pernikahan kita ngga ada kata cerai. Gue menghargai permintaan Alm. Nyokab lo. Makanya gue terima, tapi kalo lo mau ngebatali gue ngga papa. Tapi kalo lo nerima, lo tau konsekuensinya. Tinggal lo ambil keputusan.”
Syifa berpikir sejenak. Ia bimbang, namun ini jalan satu satunya untuk berbakti kepada sang mama.
“ gue bakalan terima pernikahan ini.”
“yakin lo? Lo ngga bakal bisa pisah sama gue, kalo semisal kita nikah nanti.”
“yakin ngga yakin. Kalo aja calonnya bukan elo, gue langsung mau nikah.” Kata Syifa yang masih tidak terima.
“yaudah cari calon sendiri sono. Udah lah, gue balik. Capek ngomong sama lo.” Abi pun beranjak meninggalkan Syifa.
Bergabung menuju keluarga yang masih berbincang bincang. Mereka pun kemudian berpamitan untuk pulang. Pernikahan akan di langsungkan 1 bulan lagi. Masih ada waktu untuk Syifa berubah pikiran, itu pikir Abi.