14. Akhirnya, pagi yang panas 🔥

167K 8K 816
                                    

Warning ya !! Tapi nggak vulgar sih😂

Tandai typo dan happy reading 😚

Semoga suka ❣️

oOo

Pagi ini Mayang menyiapkan bekal untuk Pak Warno yang akan berangkat kerja. Setelah menginap di rumah mertuanya kemarin, dia mengobrol dengan Pak Warno mengenai pindahan ke rumah sang suami. Pak Warno tak melarang Mayang untuk ikut Damar, juga beliau tak keberatan misal anak dan menantunya tinggal di rumah untuk sementara waktu, laki-laki itu menyerahkan keputusannya pada Mayang.

Mayang merasa setelah kepergian Bu Tini, Pak Warno lebih banyak diam dan merenung. Seakan memikirkan sesuatu yang berat, namun tak ingin berbagi dengan orang lain.

"Bapak beneran nanti ndak bisa ikut ke sana?" Tanya Mayang menyiapkan satu kotak makan di dalam tas sang bapak.

"Bapak harus gantiin jadwal piket Dono. Kemarin bapak sudah banyak libur, nggak enak kalau nolak."

Mayang memahami perasaan bapaknya, Mayang juga merasa bapaknya sudah jarang ngobrol dengan tetangga semenjak sang ibu meninggal. Pak Warno lebih memilih berkebun dan berdiam diri di rumah selain kerja.

"Nanti sore bapak ke sana sama Ari kalau sudah pulang kerja. Nanti Riska suruh ke sana sepulang sekolah, biar bisa bantu-bantu." Kata Pak Warno sebelum pamitan berangkat kerja.

Mayang pun bergegas untuk mandi, sebelum sang suami kembali menjemputnya. Pagi tadi Damar sudah pergi ke rumah kedua orang tuanya, untuk menyiapkan keperluan laki-laki itu juga mengantar Kirana sekolah.

Melihat baju tidur dari Ratih, Mayang pun tergugah untuk mencoba. Toh, sekarang dia sedang di rumah sendiri. Baju itu sudah Mayang cuci kemarin sepulang dari rumah sang mertua, Mayang segera mencuci siang-siang agar tidak ada yang mengetahui, saat semua anggota keluarga sudah beraktivitas masing-masing dan hanya dia di rumah. Syukurlah, cuaca kemarin cukup terik, sehingga cucian Mayang cepat kering.

Sembari mendengarkan musik dangdut yang di setel, Mayang mengamati lekuk tubuhnya di pantulan kaca riasnya. Senyum Mayang mengembangkan, gaun tidur itu begitu pas dipakai olehnya. Dengan iseng Mayang mengoles misk thahara yang diberikan Ratih, dia usapkan pada bagian leher, belakang telinga, area payudara dan pergelangan tangan, tak lupa dia juga pada sekitar kewanitaan Mayang dengan kapas basah.

Merasa lebih cantik dan segar dari biasanya, Mayang pun mengoles bibirnya dengan lip gloss yang memberi tampilan kilau natural di bibir ranum Mayang. Dengan percaya diri gadis itu bergaya di depan kaca.

"Gimana ya reaksinya Mas Damar pas lihat aku dandan kayak gini? Duh apalagi si dua gunung ini menonjol kayak mau lompat, aku yakin ayahnya Kirana nggak bakalan kedip barang sekejap."

Masih dengan percaya diri Mayang menggoyangkan tubuhnya di depan kaca. Tanpa menyadari adanya sepasang mata yang memperhatikan setiap tingkah lakunya.

Damar menggeleng kepala sembari mengulum senyum. Saking seriusnya berdandan dan menikmati alunan musik yang disetel, Mayang sampai tidak mendengar suara motor dan salamnya.

"Duh, aku beneran semok banget ini. Untung udah aku coba dulu sebelum nanti dipakai di depan Mas Dam-ar!" Mayang terkejut buru-buru mengambil kain pantai yang sudah di rapikan di ranjang, dia sungguh terkejut kala membalikkan badan ada sang suami yang tersenyum menatapnya.

"Kok u-udah pulang?" Tanya Mayang gugup, menutupi tubuhnya yang berbalut gaun tidur tipis. Bahkan bagian dadanya sangat terbuka.

"Padahal saya sudah mengucap salam dari luar." Jawab Damar terkekeh lalu melangkah kakinya ke kamar dan menutup pintu dengan rapat.

Nikahi Aku, Mas! Where stories live. Discover now