35. Maaf

64.5K 7K 438
                                    

Selamat pagi, selamat beraktifitas 😚

Semoga part ini bisa membuat kalian semangat mengawali hari 🤗

oOo

Kirana menatap bundanya dengan penasaran. Gadis kecil itu merasakan perubahan sikap sang bunda beberapa hari ini. Mayang yang biasanya mengomel atau mendongeng setiap pagi menghilang beberapa hari ini.

Bahkan Kirana tak lagi melihat kedua orang tuanya duduk bersama di sofa, dengan sang ayah yang bergelayut manja pada bundanya. Sampai mereka berakhir rebutan posisi tiduran di paha Mayang sembari bermain dengan perut buncit wanita itu.

"Kirana bobok siang sendiri gapapa ya? Habis ini bunda mau ngajar les."

"Gapapa bunda. Kirana pemberani." Jawab Kirana lirih karena gadis kecil itu sudah mengantuk.

Mayang tersenyum lalu meninggalkan Kirana yang mulai memejamkan mata di kamar. Wanita itu keluar rumah saat mendengar rombongan murid lesnya sudah datang.

"Bu Mayang... O Bu Mayang!" Teriak lima murid Mayang dengan serempak. Senyuman manis terukir dari bibir Mayang, suasana hatinya seakan membaik saat bertemu dengan murid-muridnya.

Teriknya siang tidak membuat anak-anak malas untuk berangkat les. Tak jarang juga mereka meminta jadwal les dimajukan agar bisa lama-lama, Mayang pun tak masalah, toh selama ini anak-anak itu benar-benar belajar bukan hanya sekedar pamit berangkat les tapi ujung-ujungnya malah main.

"Kirana mana, Bu? Kok nggak kelihatan?" Tanya Yoga celingukan sesekali anak itu melirik dalam rumah Mayang.

"Ciee Yoga cariin Kirana. Bu, Yoga itu suka sama Kirana lho." Sahut Bagas yang membuat Yoga tersipu malu, lalu disahuti dengan cie cie dari temannya yang main.

"Ih nggak yo, cuma tanya aja, kan Kirana biasanya ikutan belajar." Ujar Yoga dengan senyum-senyum malu.

Nabila, Bagas, Mei dan Dika pun meledek Yoga, hal itu membuat Mayang menggeleng kepala, "udah-udah. Kirananya lagi tidur siang, ayo lanjut kerjakan."

Anak-anak pun kembali fokus pada tugasnya. Selain mengerjakan tugas dari sekolah, Mayang selalu memberikan latihan soal yang harus dikerjakan murid-muridnya. Hal itu membuat mereka senang, karena setiap pertemuan mendapat materi yang berbeda - beda dengan cara mengajar Mayang yang menarik bagi mereka.

Disela Mayang menerangkan, fokus mereka buyar kala mendengar suara motor yang terhenti di halaman rumah. Ternyata Aji, si pegawai Damar yang berjalan sembari membawa bungkus makanan.

"Ada apa, Ji?" Tanya Mayang, apalagi mengingat hari ini Damar belum pulang untuk makan siang seperti biasa.

"Ini Mbak, ada titipan dari Bupuh Wandari, katanya buat Mbak Mayang."

Aji mengulurkan kantong plastik pada istri bosnya yang tengah duduk lesehan di karpet bersama murid-murid. Seakan Aji peka bahwa wanita itu pasti akan kesulitan untuk bangkit, mengingat perutnya sudah besar.

"O gitu.." ujar Mayang lirih karena wanita itu tiba-tiba kepikiran dengan sang suami, "lha Mas Damar nggak pulang, Ji? Tumben."

"Oiya, tadi Mas Damar keluar sama Pak Tejo nggak tau kemana."

Ada rasa lega juga penasaran yang kini dirasakan Mayang. Bahkan sampai saat ini Damar belum mengajaknya bercerita atau berdiskusi mengenai rencana usaha apa yang akan laki-laki itu mulai. Entah apa yang ada dipikiran laki-laki itu, sampai hari ini belum bisa sepenuhnya terbuka dengan sang istri, baik dari pekerjaan, keuangan usaha, dan pertemanannya.

Nikahi Aku, Mas! Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ