24. Kondangan

61.6K 7.4K 549
                                    

Hai!

Nunggu ya? Maafkan aku, beberapa hari ini lagi nggak baik-baik saja. Jadi sengaja mengurangi pegang handphone, sedangkan aku kalau menulis lebih senang pakai handphone dari pada laptop.

Yaps, semoga kalian mengerti ya ☺️

Happy reading teman-teman, dan jangan lupa tandai typo ❤️

Peluk jauh untuk semua yang sudah setia menunggu 🥺🤗🤗

oOo

Keluarga besar Pak Tejo telah bersiap untuk menghadiri acara pernikahan anak Bulik Pipit, adik bungsu pak Tejo. Mereka berkumpul di kediaman Pak Tejo sebelum berangkat ke Solo bersama dengan rombongan yang lain.

Seperti biasa, pasukan ibu-ibu sudah heboh dengan barang bawaan untuk diserahkan kepada keluarga besan. Entah itu berupa jajanan tradisional, bingkisan barang, atau peralatan rumah tangga. Kini mobil Damar juga mobil Pak Tejo telah penuh dengan barang bawaan.

"Mar nanti bapak sama ibu ikut mobilmu aja, biar anak-anak ikut mbak." Ujar Ratih pada Damar yang sudah bersiap di belakang kemudi, tinggal menunggu penumpangnya yang masih sibuk di dalam rumah.

"Kirana juga ikut?"

"Iya. Tadi udah bilang Mayang, mau sama Nabila tadi katanya."

"Ya udah, ayo ndang berangkat, nunggu apa toh? Suwi tenan."

Ratih berdecak pelan, mengingat Damar orang yang on time sering kali justru membuat orang rumah tergesa-gesa. Karena kalau Damar sudah kesal, pasti akan berdiam diri tanpa ingin berkomunikasi dengan yang lain.

"Sabar tah, Mayang masih bantu ibu rias."

"Dandan kawit mau kok orang rampung-rampung. (Rias sejak tadi kok nggak selesai-selesai)." Gumam Damar.

"Ya sabar toh, itu Mayang sama ibu sudah selesai." Kata Ratih melihat Bu Tejo dan Mayang sudah keluar rumah sembari membawa teng-tengan di tangan kanan kiri.

Damar menggeleng kepala, ibunya itu tipikal orang yang penuh persiapan dan antisipasi. Sehingga, tak heran jika mengajak Bu Tejo bepergian jauh selalu ribet dengan bawaan beliau sendiri.

"Jangan sampai Mayang ketularan rempong." Gumam pria tersebut lalu meminta penumpang agar segera menempatkan diri.

"Monggo, bapak di depan sama Mas Damar saja, Pak." Ujar Mayang mempersilahkan sang mertua untuk duduk di Damar yang mengemudi. Namun ditolak oleh Pak Tejo yang sudah duduk di bangku belakang kursi Damar.

"Sudah awakmu saja temani Damar nyetir, bapak mau merem dulu. Karipan semalam begadang."

Mayang pun tak menolak, dia melirik sang suami yang sudah menampilkan wajah kesal. Mayang baru mengetahui sifat Damar yang satu ini, tidak suka menunggu.

Tak lama perjalanan pun di mulai, mobil Damar juga mobil yang dikendarai oleh suami Ratih melaju meninggalkan daerah mereka.

Selama di perjalanan percakapan didominasi oleh Bu Tejo yang tidak henti-hentinya membicarakan tentang persiapan pernikahan keponakannya kali ini. Bahkan wanita itu sempat keceplosan mengingat pernikahan Damar yang dahulu, bersama mamanya Kirana.

"Ya tapi tetap megah nikahan ayahnya Kirana dulu, secara di hotel bintang lima Surabaya kok."

Sontak Damar berdecak, dia tak suka mendengar perkataan sang ibu. Apalagi ada Mayang di depan mereka, laki-laki itu pun segera menegur ibunya yang sudah kelewatan.

Nikahi Aku, Mas! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang