33. Kirana sensitif, Ayah berulah

70.9K 6.6K 284
                                    

Hai, hihi ... Iya tau kok lama banget, hehe maaf yaa..

Udah update kok, kuy ramai kan ❤️

Happy reading teman-teman ❣️

Jangan lupa tandai typo, komen dan vote ❤️

oOo

Hari ini Kirana dijemput oleh Mbah Warno di sekolah. Gadis kecil itu memilih dijemput Mbah No, karena sepulang sekolah ingin main di rumah simbahnya. Kebetulan juga hari ini Mayang ada kelas ibu hamil di kediaman bidan desa. Sehingga, Kirana senang-senang saja saat ditanyai sang bunda minta dijemput siapa dan Mbah Warno lah yang menjadi pilihan Kirana.

"Makan dulu Kirana, nanti baru boleh main." Ujar Mbah Warno saat Kirana sudah berganti pakaian yang sudah disiapkan Mayang pagi tadi.

"Makan sama apa, Mbah? Mbah No yang masak?"

"Ini ada sayur bayam sama ayam goreng dari bunda. Ada telur dadar buatan Tante Riska juga tadi pagi."

Kirana mengangguk menimbang-nimbang memilih lauk yang akan disantapnya siang ini, dengan telaten Pak Warno mengambilkan makanan sesuai dengan porsi Kirana juga dirinya sendiri.

"Mbah No, Kirana mau punya adik lho." Ujar Kirana disela makan, gadis kecil itu teringat saat bunda dan ayahnya memberitahukan bahwa dalam waktu dekat dia akan memiliki seorang adik bayi. Pak Warno yang mendengar ucapan Kirana pun tersenyum lebar, lalu bertanya seolah belum tahu sebelumnya, "lho? Iya toh? Kirana senang?"

"Senang Mbah No. Kirana maunya adik cewek, biar nanti bisa diajak main boneka sama masak-masak."

"Oh gitu, kok Mbah No penginnya adiknya cowok ya? Biar sepasang ada cewek sama cowok."

Kepala Kirana menggeleng dan ekspresi gadis itu berubah cemberut, "adik cowok itu nakal, Mbah. Nangis terus."

"Lho masa iya? Kirana tau dari mana kalau adik cowok nakal?" Tanya Pak Warno dengan terkekeh apalagi melihat wajah cemberut Kirana, menggemaskan sekali.

"Iya, si Nino adiknya mama. Ih nakal, masa Kirana mau gandeng mama aja ga boleh."

Pak Warno pun sudah mengerti yang dimaksud oleh Kirana, karena dulu Mayang pernah menyinggung hal ini juga padanya.

"Iyaa, Mbah No doakan yaa semoga adiknya Kirana nanti cewek dan cantik kayak Kirana." Ujar Pak Warno seketika membuat Kirana bersorak gembira.

Siangnya Mayang datang menjemput Kirana. Berhubung hari ini Damar sedang ke kota untuk membeli beberapa perlengkapan bengkel, jadi Mayang tidak perlu pulang ke rumah untuk menyiapkan makan siang sang suami. Toh, Kirana juga pasti masih enggan diajak pulang kalau sudah di rumah bapaknya.

Melihat adanya buah mangga yang bergelantungan di teras rumah membuat Mayang meneguk ludahnya. Dia membayangkan nikmatnya buah itu dicocol dengan sambal rujak yang bertabur kacang.

Tanpa sengaja mata wanita itu melihat banyaknya buah jambu air yang ada di seberang rumahnya. Lebih tepatnya pohon itu milik Bu Juminah. Yang mana beberapa tahun kemarin waktu Intan -istri Agus- mengidam ingin makan jambu air tidak diperbolehkan Bu Jum mengambil dengan alasan akan dijual dan tidak dibagi-bagikan ke tetangga. Bahkan ada anak-anak kecil yang akan meminta pun tidak diberi juga, hal itu sempat membuat beberapa tetangga geram dengan tingkah laku orang tersebut.

"Mau minta atau pun beli pun pasti ndak bakal dibolehin sama si nenek lampir. Astaghfirullah, duh... Amit amit jabang bayi." Gumam Mayang sebelum dia masuk rumah. Hanya ada Pak Warno yang ada di rumah, Mayang sudah menebak pasti Kirana sudah main di rumah temannya, begitu juga dengan Riska yang belum pulang sekolah.

Nikahi Aku, Mas! Where stories live. Discover now