46. Berpisah dan Bertemu

55.4K 6.1K 246
                                    

Hola guys😍

Happy reading, dan tandai typo ya 🤗

oOo

Waktu berjalan dengan semestinya, hanya saja terkadang kita sebagai pelaku kurang menyadari dan menganggap bahwa waktu telah berjalan cepat. Perasaan takut akan masa depan tentu saja hadir dalam angan, namun nyatanya sampai di titik ini kita bisa melampaui angan-angan yang sebelumnya telah kita takutkan, tanpa kita sadari.

Seperti saat ini, Mayang harus merelakan adik perempuannya merantau. Riska sudah resmi menjadi mahasiswa baru di salah satu kampus negeri. Awalnya anak gadis itu sempat putus asa karena tidak diterima di kampus yang diinginkan, namun siapa sangka jika pilihan keduanya membawa berkah. Kini bersama dengan salah satu teman sekelasnya, mereka memilih untuk satu kos.

Beberapa barang kebutuhan Riska sudah diturunkan dari mobil pick up yang dibawa oleh Ari dan Rohman. Sengaja Damar meminta mereka, karena sekalian mengangkut motor yang akan digunakan Riska selama kuliah. Tentunya motor yang sama digunakan Mayang saat kuliah dulu.

"Udah beres semua kan?" Mayang kembali memastikan segala sesuatu yang dibutuhkan Riska selama ngekos. Paling tidak wanita itu memastikan jika kos yang dihuni adiknya benar-benar aman dan nyaman.

"Udah semua, Mbak. Nanti sisanya biar tak beresin sendiri."

Mayang pun memberikan beberapa petuah untuk adiknya. Ini kali pertama Riska akan menjalani hidup jauh dari keluarga. Gadis itu harus pintar-pintar menjaga dirinya sendiri. Pastinya Mayang mengkhawatirkan beberapa hal, namun dia tetap menaruh percaya pada adiknya, bahwa Riska bisa menjaga diri.

"Jangan lupa selalu mengabari bapak, dibela-belain beli hp biar bisa video call kamu." Ujar Mayang membuat Riska terkekeh, mengingat Pak Warno yang berusaha keras belajar menggunakan handphone android demi bertukar kabar dengan Riska. Sayang sekali, Pak Warno tidak bisa ikut mengantarkan Riska ke kota karena tubuhnya terlalu lelah untuk perjalanan jauh.

"Iya-iya, siap. Kirana nggak mau peluk Tante?" Goda Riska pada keponakannya yang sejak tadi cemberut. Gadis kecil itu seakan masih enggan berpisah dengan tantenya, yang sudah dianggap sahabat sendiri.

Dengan mata berkaca-kaca dan wajah cemberut itu, Kirana pun mengeratkan rangkulannya di pinggang sang bunda. Dia terlalu malu untuk menunjukkan wajah sedihnya.

"Kakak..." Panggil Mayang lembut, dia sendiri mati-matian untuk menahan diri agar tidak menangis dihadapan adiknya. Nyatanya, kini malah Kirana yang menangis keras karena tak siap pisah dengan Riska. Hati gadis kecil itu terlalu lembut dan mudah tersentuh.

"Nanti kita bisa video call, Kak. Tante kan di sini sekolah, biar nanti Tante bisa jadi bu guru. Kirana jangan nangis, nanti bundamu ikutan nangis lho." Kata Riska diiringi dengan meledek mbaknya yang sudah berkaca-kaca. Riska tau pasti, kalau Mayang sejak tadi sudah menahan diri untuk tidak menangis. Gadis itu sudah hafal dengan mbaknya, sudah pasti tidak jauh dari Kirana yang mudah tersentuh dan mellow.

Seketika Kirana menatap bundanya dengan mengusap air mata, lalu berbalik badan dan menubruk tubuh tantenya. Rasa haru menguasai ketiganya, ini menjadi perpisahan sementara untuk mereka yang beberapa tahun terakhir memiliki hubungan sangat dekat.

Acara perpisahan itu pun usai, mengingat Damar dan Krishna yang ditinggal di lobi kos. Karena adanya aturan dari pihak kos yang melarang laki-laki masuk, jadi Damar pun mau tak mau harus menunggu di luar.

"Belajar yang rajin, jaga diri baik-baik." Pesan Damar kepada adik iparnya. Riska pun membalas dengan anggukan kepala dan mengucap terima kasih atas kebaikan Damar, yang selama ini menganggapnya seperti adik sendiri.

Nikahi Aku, Mas! Where stories live. Discover now