17. Perasaan sensitif Mayang

101K 7.8K 821
                                    

Hai!

Tandai typo dan ramaikan komentar ya ❤️

Happy reading ❣️

oOo

Hari ini Damar pulang dari bengkel lebih cepat dari biasanya. Karena Gondam izin tidak masuk dan tidak ada yang bisa menggantikan supir pick up hari ini, akhirnya Damar turun tangan yang akan ikut mengirim sayuran ke pasar kota.

Sebelum berangkat ke rumah orang tuanya, Damar pun bergegas pulang berpamitan dengan sang istri. Bisa saja dia menelepon Mayang, namun pria tersebut lebih memilih untuk berpamitan secara langsung. Toh, rumahnya juga dilewati sebelum ke rumah orang tuanya, tak ada salahnya juga Damar meminta sangu pada Mayang.

Layaknya seorang pujangga yang dimabuk cinta, senyuman hangat tak pernah luntur dari bibir Damar kala terbayang kebersamaannya bersama sang istri.

Sesampainya di rumah, Damar memarkir motor miliknya di teras. Saat akan melangkah masuk, telinga Damar mendengar suara musik yang disetel keras dari dalam rumah. Sontak goyangan pinggul Mayang yang bergerak ke kanan kiri mulai menghiasi benak Damar.

Belum lagi suara Mayang yang kian terdengar dari ruang tamu.

"Saya masih ting-ting, dijamin masih ting-ting.. sama sekali belum berpengalaman ... Ah ah ah.."

Kening Damar mengernyit begitu mendengar akhir dari lirik yang dinyanyikan Mayang. Seingat Damar tidak ada lirik seperti itu, ketika mendapati Kirana membuat video di aplikasi tik-Tok.

"Ada-ada aja. Belum berpengalaman, tapi sudah pintar goyang. Belajar dari mana?" Gumam pria tersebut lalu berjalan mencari keberadaan istrinya yang ternyata sedang memasak di dapur.

Bibir Damar menyungging senyum kala melihat tubuh Mayang bergoyang pelan mengikuti irama musik, persis dibenaknya. Sepertinya memang Mayang ini punya bakat goyang dari kecil, karena tak hanya sekali dua kali Damar mendapati istrinya sedang karaoke sembari menggoyangkan badannya. Damar pun tak masalah, toh Mayang seperti itu disaat rumah sepi dan tidak ada orang lain.

"Assalamu'alaikum.." salam Damar sedikit berteriak, agar sang istri mendengar dan menyadari keberadaannya.

Mayang yang mendengar suara Damar pun menghentikan gerakan tubuhnya, lalu menoleh ke belakang mendapati Damar yang sedang berdiri menyandarkan tubuh di tembok sembari menatapnya.

Sontak bibir Mayang menampilkan senyum semanis mungkin, agak canggung dan malu, namun Mayang berusaha untuk biasa saja. Toh, Damar sudah menjadi suaminya dan merasakan goyangannya juga, eh?

"Kok pulang, Mas?" Tanya Mayang masih dengan wajah cengengesannya.

"Iya. Saya mau pamit."

Sontak perhatian Mayang teralihkan ke suaminya. Sebelum membalik badan, wanita itu meniriskan tempe goreng dan mematikan kompornya. Guna menghindari adanya bau gosong, jika nantinya terjadi sebuah pergulatan antara dua insan. Tidak ada yang tau kan?

"Kok pamit? Mau kemana, Mas?"

"Hari ini Gondam izin, ada saudara yang nikahan. Hari ini mau ngangkut sayuran ke pasar kota dan nggak ada yang nyopir. Mau nggak mau saya yang harus berangkat." Jelas Damar menatap istrinya dengan damai.

Mayang hanya manggut-manggut dan tersenyum, lalu menawarkan sesuatu pada sang suami, "mau aku bekalkan kopi?"

"Susu."

"S-susu? Susu kemasan itu?"

Bibir Damar menyeringai, namun tatapannya tak lepas dari mata wanita yang ada di depannya.

Nikahi Aku, Mas! Where stories live. Discover now