47. Ujian

54.2K 6.5K 470
                                    

Selamat menyambut bulan ramadhan, semoga di tahun ini kita bisa menjalankan dengan penuh semangat dan hati yang ikhlas.

Lama ya nggak update? Kalian nunggu-nunggu nggak 🥺

Happy reading, semoga kalian suka ❤️

oOo

Damar memejamkan mata sembari memijat kepala, rasa pening tak kunjung hilang. Terlebih mengingat beberapa hari terakhir curah hujan tinggi, menyebabkan air kolam di pemancingannya meluap dan banyak ikan yang lolos. Pengunjung yang mancing pun berkurang, tak lagi seramai dulu.

Pikirannya kembali bercabang ketika melihat harga sayuran di pasaran. Sudah hampir tiga minggu ini harga sayuran anjlok, sedangkan harga pupuk dan obat-obat pertanian kian naik. Mungkin ini tidak begitu memberatkan bagi Damar, namun sebagai pemilik kebun Damar ikut merasakan pusing memikirkan keluh kesah petani yang lain.

Permasalahan kali ini cukup menguji emosional Damar. Lelah pikiran dan fisik dirasakan pria tersebut, rasanya dia perlu istirahat yang cukup agar kewarasannya tetap terjaga.

"Man, aku balik dulu. Kalau nanti udah selesai langsung tutup aja, keburu hujan lagi." Pamit Damar pada pegawainya.

Rohman yang diberi perintah pun hanya mengiyakan, walaupun sembari melirik jam dinding di bengkel yang menunjukkan pukul dua siang membuat dia bertanya-tanya.

Biasanya bosnya akan pulang tepat usai adzan ashar, bisa lewat ketika garapan di bengkel masih banyak. Ini garapan masih ada tiga motor, tetapi bosnya sudah pulang. Belum lagi hari ini Damar lebih banyak diam dan duduk di balik meja ruangan bengkel, tanpa ikut membantu.

Mungkin si bos lagi ada masalah.

oOo

Ruang tamu berantakan, kondisi terkini yang Damar amati saat memasuki rumah. Beragam mainan Krishna ada di setiap sudut, bahkan mobil-mobil yang baru dibelikannya seminggu yang lalu sudah berserakan di lantai.

Memasuki ruang tengah, tak jauh beda dari yang ada di ruang tamu, kondisinya cukup berantakan. Bedanya ada kedua anaknya yang tertidur pulas di kasur lantai, dengan suara televisi yang menghiasi ruangan.

Damar menghela nafas, memaklumi sang istri yang mungkin belum sempat membereskan rumah. Melihat anak-anak tidur pulas, laki-laki itu pun bergegas mencari Mayang yang belum terlihat batang hidungnya.

Suara tawa Mayang menyapa telinga Damar, ternyata dari dalam kamar belakang yang digunakan untuk menyetrika dan menyimpan beberapa lemari pakaian dan sepatu. Bisa dibilang ini walk-in closet ala keluarga Damar Mayang. Biarpun tidak luas, namun berguna sekali untuk menyimpan tumpukan baju yang belum sempat disetrika oleh Mayang, agar tidak memenuhi di kamar tidur mereka.

"Iyaa waktu itu kita baru mau keluar makan malam kan berdua, tapi ndak jadi gara-gara Putri nangis putus sama pacarnya. Kan ya aku ga tega toh, akhirnya kita keluar bertiga." Ujar Mayang dengan gelak tawa, wanita itu masih menggerakkan tangannya memegang setrika. Namun, handphonenya dihadapkan padanya yang tengah bertukar kabar dengan seseorang di seberang sana.

"Nah kan, nggak pernah deh kayaknya kita bisa makan berdua aja. Adaaaa aja gangguannya ya, May."

Suara dari laki-laki membuat tawa Mayang kembali terdengar, bahkan wanita itu tidak menyadari ada yang tengah berdiri bersandar di pintu menatapnya dengan tajam.

Nikahi Aku, Mas! Where stories live. Discover now